Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperkuat distribusi logistik pangan di seluruh wilayah Indonesia melalui pengembangan sarana prasarana rantai dingin (cold chain) sehingga tetap aman dan kualitasnya tetap terjaga.
“Aspek perpanjangan shelf life atau kerap disebut masa simpan pangan merupakan faktor penting dalam menunjang distribusi logistik pangan yang menjangkau seluruh daerah. Terkait itu, kami menaruh atensi pada pengembangan sarana prasarana rantai dingin atau cold chain,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Arief menyampaikan bahwa upaya memperkuat distribusi logistik pangan ke seluruh wilayah Indonesia telah disampaikan lewat seminar 'Peran Teknologi dan Perusahaan Start-up Pada Keandalan Logistik Pangan' yang digelar oleh Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) di Jakarta, Kamis (9/5).
Dia menuturkan bahwa dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo tentang pentingnya sarana penyimpanan pendingin (cold chain).
“Di luar negeri sudah mulai sejak lama. Kalau kita baru mulai, tidak mengapa. Kita sudah memulai tapi cepat, karena Indonesia ini tidak seperti negara lain, kita ini negara kepulauan," ujar Arief.
Ia menerangkan salah satu penyebab harga pangan di Indonesia selalu naik turun karena tidak memiliki alat untuk memperpanjang masa simpan (shelf life), hal itu yang belum diketahui.
“Itu ada Apel Fuji dari China bagian utara, walaupun di sana sedang winter, tapi masih bisa terus kirim. Itu karena mereka bisa mengatur tidak hanya suhunya saja. Ada namanya control atmosfer storage," bebernya.
Untuk itu, lanjut Arief, sejak 2022 Bapanas dalam mendukung penguatan cadangan pangan dengan telah menyalurkan total 30 sarana prasarana penyimpanan pendingin (cold chain) di 12 provinsi sentra produsen pangan strategis.
Dia menyebutkan jenis alatnya antara lain cold storage dengan kapasitas hingga 12 ton, air blast freezer kapasitas hingga 3 ton, heat pump dryer kapasitas 200 kilogram per batch, dan refeer container kapasitas hingga 20 ton.
"Tahun ini saya mau selesaikan totalnya sampai 40 alat cold chain. Saya akan pastikan ada di sentra-sentra produksi beberapa kabupaten/kota,” ujar Arief.
Menurut Arief ketahanan pangan yang benar adalah ketahanan pangan yang mendahulukan kemandirian pangan. Cara menjaganya, salah satunya adalah dengan memiliki alat untuk memperpanjang masa simpan (shelf life) dan disimpan tanpa mengurangi kualitas pangan.
Arief mengatakan tantangan pangan global hari ini cukup mengkhawatirkan. Jumlah penduduknya naik, lahan semakin sempit, harga semakin mahal, geopolitik tidak bisa kita prediksi. Sehingga salah satu solusi yang harus dilakukan dengan kondisi tersebut yakni dengan meningkatkan produksi pangan dalam negeri.
"Namun setelah produksi dalam negeri naik, sudah banyak, saking banyaknya malah harganya jatuh. Jadinya petaninya enggan menanam lagi, peternak juga. Kita tidak ingin begitu. Jadi tugas kita semua termasuk Badan Pangan Nasional bersama BUMN, mempersiapkan pada saat produksi meninggi berperan sebagai offtaker," imbuhnya.
Zainal, salah satu penerima bantuan tempat penyimpanan pendingin (cold chain) dari Aulia Madinah Broiler Lampung, menuturkan ada peningkatan signifikan dan positif sejak menggunakan air blast freezer.
"Kalau untuk di tempat kami karena memang kami produksi ayam frozen memang alat itu benar-benar dipakai, karena kalau untuk produksi ayam memang setiap hari,” ujar Zainal.
Zainal mengatakan dampak positif menggunakan alat tersebut yakni listrik bisa lebih hemat karena dengan kapasitas yang besar, bisa langsung untuk membekukan sekaligus 2 sampai 3 ton.
"Peningkatan dari sisi produksi juga turut terbantu, yang sebelumnya mungkin karena kami masih UMKM masih dua truk dalam satu hari. Setelah mendapatkan bantuan ini, bisa empat sampai lima truk dalam satu hari," Zainal.