Palu (ANTARA) - Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) melakukan pencatatan dan pendampingan tiga kasus kekerasan seksual (KS) di Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2024.
“Jumlah kasus ada tiga, tetapi jumlah korban lebih dari itu,” kata Direktur SKP-HAM Sulteng Nurlela Lamasitudju di Palu, Selasa.
Dia menjelaskan dua kasus berasal dari Kabupaten Poso dan satu kasus dari Kota Palu. Khusus di Palu, korbannya lebih dari satu, khususnya kasus KS yang menimpa karyawan hotel.
Lanjut dia, untuk tahun 2023, terdapat dua kasus yakni Poso dan Kabupaten Sigi. Dia menekankan satu kasus sangat berarti untuk pendampingan yang dilakukan oleh SKP-HAM.
“Mayoritas kasus KS pada anak,” ujarnya.
Dia mengungkapkan dominan KS terjadi karena relasi keluarga, atau terjadi di lingkungan keluarga. Kata dia, SKP-HAM menduga masih banyak KS terjadi di lingkungan keluarga, hanya saja korban tidak berani melaporkan.
“Anak yang banyak menjadi korban, dan tidak berani melaporkan karena masalahnya adanya ketakutan untuk melapor,” katanya menegaskan.
Menurut dia, khusus anak di bawah 10 tahun, ketakutan untuk melaporkan KS dikarenakan adanya ancaman. Sementara, anak di usia remaja, atau di bawah 17 tahun, tidak melaporkan KS karena adanya rasa malu.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 265 aduan kasus kekerasan seksual terhadap anak sepanjang 2024. Data ini dihimpun berdasarkan laporan tahunan KPAI 2024 yang dirilis pada Selasa, 11 Februari 2025.
Secara total, KPAI menerima 2.057 pengaduan sepanjang 2024. Sebanyak 954 kasus di antaranya telah ditindaklanjuti hingga tahap terminasi. Ribuan aduan tersebut berasal dari berbagai macam kasus, termasuk kekerasan seksual terhadap anak.