Setahun Pelkesi bantu warga korban bencana Sulteng

id setahun,bencana,sulteng

Setahun Pelkesi bantu warga korban bencana Sulteng

Dari kiri Anastasia Maylinda, Manajer Sekreariat, Informasi dan Komunikasi YEU, anggota ACT Alliance, Harun Tambing, Program Manager CWS dan Sukendri Siswanto, Project Manager Pelkesi, dalam konfrensi pers, di Palu, Rabu (9/10).(ANTARA/Sulapto Sali).

Ada juga pelatihan pengembangan masyarakat berbasis aset, untuk membangun kesiapsiagaan bencana dan mengurangi risiko bencana, serta workshop dan pelatihan pengurangan risiko bencana

Palu (ANTARA) - Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi) selama setahun pascagempa, tsunami dan likuefaksi di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah telah menurunkan tim kesehatan beserta fasilitas mobil klinik guna membantu korban bencana 28 September 2018.

“Sejak 1 Oktober 2018, sesuai mandat organisasi Pelkesi melakukan layanan kesehatan berupa mobile clinic, home visit, promosi kesehatan, penguatan posyandu, dan membangun kesiapsiagaan kesehatan kepada penyintas gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di Palu, Sigi dan Donggala,” kata Project Manager Pelkesi Sulteng, Sukendri Siswanto, di Palu, Rabu.

Dia mengatakan, pelayanan mobile clinik tersebut telah melayani 9.722 pasien di wilayah Kulawi, Gumbasa, Tanambulava, Taweili, Biromaru, Tanantovea, Sindue, Sindue Tambusabora, dan Balaesang Tanjung.

Dikatakannya, pelayanan mobile clinic telah mampu memenuhi hak-hak masyarakat terdampak, khususnya hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam situasi pasca bencana.

Dalam pelayanan kesehatan itu, kata dia, ditemukan sejumlah kasus penyakit menimpa para penyintas bencana, yaitu sebanyak 2.596 pasien atau 26,7 persen dengan kasus penyakit menular dan 7.126 pasien atau 73,3 persen kasus penyakit tidak menular.

“Lima penyakit menular terbanyak yang ditemukan yaitu ISPA, dermatitis, common cold, diare, dan RFA (Rinofaringitis akut/peradangan akut). Sementara lima  penyakit tidak menular yang banyak ditemukan yaitu hipertensi, myalgia atau nyeri otot, dispepsia atau nyeri perut, chepalgia atau sakit kepala, dan diabetes melitus,” katanya.

Baca juga : Korban gempa di Sigi minta ada layanan kesehatan di huntara
Baca juga : Korban tsunami butuh layanan kesehatan di pengungsian

Dia mengatakan, selain melakukan pelayanan mobil klinik, Pelkesi juga melakukan penguatan Posyandu di 10 desa, yaitu Desa Tuva, Simoro, Sibalaya Barat, Sibalaya Utara, Kelurahan Pantoloan Induk, Kelurahan Baiya, Wani Satu, Wani Dua, Lero Tatari, dan Enu.

“Pelkesi juga membangun kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di 10 Desa/Kelurahan di Sigi, Palu, dan Donggala. Kegiatan ini dikoordinasikan dengan BPBD, Dinas Kesehatan, Pemerintah Desa, dan pihak lain yang terkait,” jelasnya.

Juga kata dia, dilakukan pelatihan emergency first aid (EFA) bagi awam dan bidan desa yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama bagi korban, mengurangi kesakitan dan mencari pertolongan yang tepat sebelum tim medis tiba di lokasi bencana/kecelakaan.

Pelatihan pelayanan kesehatan tradisional seperti akupresur dan obat tradisional/jamu, agar warga menjaga kesehatan dan mengatasi keluhan sakit saat belum ada bantuan medis.

“Ada juga pelatihan pengembangan masyarakat berbasis aset, untuk membangun kesiapsiagaan bencana dan mengurangi risiko bencana, serta workshop dan pelatihan pengurangan risiko bencana,” jelasnya.

“Bantuan lainnya yang diberikan Pelkesi yaitu distribusi 9.600 feminim kit  untuk perempuan usia produktif dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, distribusi 52 tempat sampah di huntara, mengaktifkan kegiatan pos pembinaan terpadu lansia dengan memberikan support makanan tambahan, senam lansia, dan pemeriksaan kesehatan bagi lansia di 12 pos,” tandasnya.***