PMI Palu berlatih pengurangan risiko pada bencana berbasis masyarakat
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, khususnya kemampuan staf dan relawan dalam mengurangi dampak dari bencana dan dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban
Palu, Sulteng (ANTARA) - Palang merah Indonesia (PMI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengadakan dua pelatihan sekaligus untuk staf dan relawan mengenai Integrated Community Based Risk Reduction (ICBRR) atau program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat dan pertolongan pertama (P2).
"Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, khususnya kemampuan staf dan relawan dalam mengurangi dampak dari bencana dan dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban," kata Kepala Markas PMI Kota Palu Fuad A Yado melalui sambungan telepon, Selasa.
Pelatihan ini diikuti sekitar 40 peserta yang merupakan staf dan relawan PMI Kota Palu yang berlangsung selama lima hari mulai 11 hingga 15 November. Pihaknya mengucapkan terima kasih kepada PMI Propinsi Sulawesi Tengah, PMI Pusat, serta Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dengan diadakannya pelatihan tersebut.
Kegiatan ini dinilai penting karena, seperti diketahui beberapa waktu lalu Kota Palu dan sekitarnya dilanda bencana dahsyat mulai dari gempa bumi, tsunami dan juga likuefaksi. Tentunya, relawan PMI yang diterjunkan harus mempunyai kemampuan dalam mengurangi risiko bencana dan memberikan pertolongan pertama.
Ia menginstruksikan kepada seluruh peserta pelatihan agar dapat memahami serta mendalami materi yang diberikan, khususnya yang mengikuti pelatihan ICBRR. Alasannya, mereka nantinya akan bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memahami bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko bencana.
"Meskipun pelatihan seperti ini sudah tidak asing lagi karena sudah didapat saat pelatihan Korps Sukarela (KSR) dasar, hanya saja kali ini lebih spesifik dan menuntut profesionalisme relawan dalam bekerja di masyarakat khususnya pada pelayanan ambulans dan pertolongan pertama," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lisnaini yang juga selaku komandan KSR mengatakan tujuan kegiatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas para peserta dalam memberikan pertolongan pertama meskipun pada dasarnya semua relawan PMI dituntut untuk tahu apa itu P2.
Selain itu, dengan adanya pelatihan ini bisa menambah pemahaman terkait pengurangan risiko bencana karena, nantinya peserta akan memberikan pendampingan terhadap masyarakat dalam mensosialisasikan program pengurangan resiko bencana itu sendiri.
"Kita berharap semua peserta ICBRR maupun pertolongan pertama bisa paham dan dapat menerapkan pengetahuannya langsung di masyarakat," katanya.*
Baca juga: PMI manfaatkan radio guna salurkan aspirasi korban bencana Sulteng
Baca juga: PMI latih petugas tanggap bencana dari 10 perwakilan negara ASEAN
"Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, khususnya kemampuan staf dan relawan dalam mengurangi dampak dari bencana dan dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban," kata Kepala Markas PMI Kota Palu Fuad A Yado melalui sambungan telepon, Selasa.
Pelatihan ini diikuti sekitar 40 peserta yang merupakan staf dan relawan PMI Kota Palu yang berlangsung selama lima hari mulai 11 hingga 15 November. Pihaknya mengucapkan terima kasih kepada PMI Propinsi Sulawesi Tengah, PMI Pusat, serta Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dengan diadakannya pelatihan tersebut.
Kegiatan ini dinilai penting karena, seperti diketahui beberapa waktu lalu Kota Palu dan sekitarnya dilanda bencana dahsyat mulai dari gempa bumi, tsunami dan juga likuefaksi. Tentunya, relawan PMI yang diterjunkan harus mempunyai kemampuan dalam mengurangi risiko bencana dan memberikan pertolongan pertama.
Ia menginstruksikan kepada seluruh peserta pelatihan agar dapat memahami serta mendalami materi yang diberikan, khususnya yang mengikuti pelatihan ICBRR. Alasannya, mereka nantinya akan bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memahami bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko bencana.
"Meskipun pelatihan seperti ini sudah tidak asing lagi karena sudah didapat saat pelatihan Korps Sukarela (KSR) dasar, hanya saja kali ini lebih spesifik dan menuntut profesionalisme relawan dalam bekerja di masyarakat khususnya pada pelayanan ambulans dan pertolongan pertama," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lisnaini yang juga selaku komandan KSR mengatakan tujuan kegiatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas para peserta dalam memberikan pertolongan pertama meskipun pada dasarnya semua relawan PMI dituntut untuk tahu apa itu P2.
Selain itu, dengan adanya pelatihan ini bisa menambah pemahaman terkait pengurangan risiko bencana karena, nantinya peserta akan memberikan pendampingan terhadap masyarakat dalam mensosialisasikan program pengurangan resiko bencana itu sendiri.
"Kita berharap semua peserta ICBRR maupun pertolongan pertama bisa paham dan dapat menerapkan pengetahuannya langsung di masyarakat," katanya.*
Baca juga: PMI manfaatkan radio guna salurkan aspirasi korban bencana Sulteng
Baca juga: PMI latih petugas tanggap bencana dari 10 perwakilan negara ASEAN