Sulteng dapat kembangkan Inshore & Offshore Aquaculture untuk pasok ibukota baru

id Hasanuddin Atjo

Sulteng dapat kembangkan Inshore & Offshore Aquaculture untuk pasok ibukota baru

Dr Ir H hasanuddin Atjo, MP, Ketua Ispikani Sulteng dan Ketua SCI Sulawesi (ANTARA/HO-dokumen pribadi)

Pindahnya Ibukota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, memiliki arti tersendiri bagi Provinsi Sulawesi Tengah. Dikarenakan ada tiga Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Provinsi yang terletak di tengah-tengah Pulau Sulawesi.
Palu (ANTARA) - ADA dua sektor yang menjadi target sejumlah negara di dunia yaitu menguasai sektor pangan dan energi. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk tujuan itu dikarenakan sebagai Negara Kepulauan memiliki jumlah pulau terbesar di dunia, panjang garis pantai nomor 2 di dunia, beriklim tropis serta memiliki potensi sumberdaya manusia sekitar 260 juta jiwa.

Negeri ini memiliki potensi di sektor energi baik fosil maupun energi terbarukan seperti angin, matahari, panas bumi, gelombang dan pasang surut sampai minyak sawit sebagai komplemeter energi fosil. Selain itu Negeri ini juga sangat potensial sebagai penyedia dan pemasok pangan , baik yang berasal dari daratan maupun dari perairan (tawar dan laut).

Karenanya sangat beralasan bila Pricewaterhouse Coopers, sebuah lembaga auditor swasta terbesar dunia yang memprediksi Indonesia di tahun 2045 akan menjadi Negara dengan kekuatan ekonomi peringkat 5 dunia setelah China, Amerika Serikat, India dan Brasil. Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia saat itu sekitar 23 ribu dolar AS, meningkat 19 ribu dolar dari 4 ribu dolar AS di tahun 2018.

Sulawesi Tengah satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki 4 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI dari 11 WPP yang dimiliki. WPP 713 di Selat Makasar terdiri dari sebahagian Tolitoli, Donggala dan kota Palu; WPP 714 di Teluk Tolo terdiri atas Morowali Utara, Morowali, Luwuk bagian timur, Banggai laut dan Banggai Kepulauan; WPP 715 di teluk Tomini terdiri Banggai bagian barat, Tojounauna, Poso dan Parigi Moutong; serta WPP 716, laut Sulawesi terdiri dari kabupaten Buol dan sebagian Tolitoli.

Inshore aquaculture adalah budidaya ikan termasuk rumput laut di perairan pantai yang telah dimanfaatkan untuk penyediaan pangan dan kesejahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya masih sangat terbatas dan perlu didorong dengan pendekatan yang lebih maju dan berkelanjutan.

Sejumlah komoditas yang telah dikembangkan antara lain udang, ikan damersal (kerapu dan sejenisnya), bandeng, rumput bahkan lobster yang saat ini lagi viral karena harganya yang “selangit”

Offshore aquaculture adalah budidaya ikan di perairan laut dalam. Budidaya ini beberapa tahun ke depan menjadi pilihan untuk penyediaan pangan. Dengan menggunakan karamba raksasa yang dapat ditenggelamkan dan diapungkan sehingga bisa aman di saat musim badai atau gelombang. Produksi dalam satu unit karamba yang seluas lapangan sepak bola dan kedalaman antara 70-100 meter sekitar 1000 ton dengan jenis ikan kakap atau tuna.

Saat ini di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong telah dikembangkan budidaya udang dengan teknologi maju melalui model kemitraan dengan masyarakat. Di satu sisi kegiatan ini membuka lapangan kerja dan devisa, namun perlu diantisipasi dan diatur agar bisnis dapat berkelanjutan.

Baca juga: OPINI - Air bersihpun bisa disuply ke ibu kota baru dari Sulteng
Baca juga: OPINI - Tol Tambu-Kasimbar dan baterai lithium, magnit baru investasi Sulawesi Tengah


Pindahnya Ibukota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, memiliki arti tersendiri bagi Provinsi Sulawesi Tengah. Dikarenakan ada tiga Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Provinsi yang terletak di tengah-tengah Pulau Sulawesi.

Pertama sebagai jembatan penghubung antara IKN baru dengan kawasan timur seperti Maluku Utara, Maluku dan Papua melalui integrasi Tol laut dan Tol darat. Dari IKN baru kendaraan diangkut kapal Fery menuju pelabuhan Tambu di Selat Makasar kabupaten Donggala, kemudian kendaraan itu bergerak ke Kasimbar teluk Tomini Parigi Moutong melalui tol darat Tambu-Kasimbar yang lamanya sekitar 20 menit. Selanjutnya kendaraan diangkut kapal Fery ke kawasan Timur. Dengan pola seperti ini terjadi efisiensi antara 40-50 persen dibanding berlayar secara reguler dari IKN ke kawasan Timur yang mengitari Sulawesi Utara atau Sulawesi Selatan.

Kedua sebagai penyangga IKN bagi kebutuhan pangan, tenaga kerja terampil dan bersertifikat, produk precast (beton pracetak dan pratekan) yang kebutuhannya luar biasa karena material itu tidak tersedia di IKN. Selain itu kemungkinan danau Talaga dan Rano di sekitar Tambu dapat menjadi cadangan air bagi IKN baru, maupun lalu lintas IKN dengan kawasan Timur melalui tol Tambu-Kasimbar.!

Ketiga Sulawesi Tengah dapat menjadi tujuan destinasi wisata, karena jarak dari IKN ke Pelabuhan Tambu hanya sekitar 200 mil laut. Dengan kapal cepat diperkirakan sekitar 3 jam. Diperkirakan populasi penduduk di IKN dan sekitarnya mencapai 8 juta jiwa.

Ulasan di atas menunjukkan betapa besarnya potensi dan peluang negeri ini, khususnya Provinsi Sulawesi Tengah. Namun tidak sedikit juga tantangan yang akan dihadapi antara lain (1) masih tingginya nilai ICOR , Incremental Capital Output Ratio yang merupakan indikator daya tarik investasi; (2) Pendekatan pembangunan yang berbasis transformasi digital dan tataruang; dan (3) Tuntutan budaya Penta Heliks dalam menyusun dan menetapkan sebuah regulasi.

Kesemua ini berpulang kepada siapa yang mengkhodai Sulawesi Tengah periode 2020-2024 yang saat ini peserta lagi ambil ancang-ancang untuk ikut “bertarung” meskipun semuanya masih dalam tataran wacana dan perbincangan.

Keterpilihan pasangan sesuai harapan bergantung dan berpulang kepada tiga pilar yaitu sang pemilik hak suara, sang pemilik hak usung dan kembaga penyelenggara pilkada. Bila kecenderungan ketiganya mengarah kepada kepemimpinan perubahan, maka harapan Sulawesi Tengah menjadi bagian Indonesia Hebat, Indonesia emas 2045 dapat direalisasikan.

Sejumlah pengamat berpendapat bahwa kriteria pemimpin perubahan idealnya memiliki tiga kriteria yaitu adaptif, inovatif dan update terhadap tantangan dan peluang yang ada, dikaitkan dengan industri 4.0 dan Society 5.0. Kriteria ini hanya dimiliki oleh pemimpin yang mampu melihat di balik bukit, pemimpin berpikir multidimensi dan pemimpin penerobos batas.  (Hasanuddin Atjo - Ketua Ispikani Sulawesi Tengah)
 
Tim Kemenko Maritim dan Kementerian KP yang didampingi Dr Ir Hasanuddin Atjo, MP meninjau budidaya bandeng perairan laut dengan sistem KJA di Desa Donggala, Jumat (24/3) (Antarasulteng.com/Anas Massa)