Menanti kebangkitan Aceh dari investasi Abu Dhabi

id Menko Marves,gernas,#BBI,#pasarlautindonesia,#ragamaceh,aceh singkil,anggota Dpr,illiza SAduddin djamal,bangga buatan in

Menanti kebangkitan Aceh dari investasi Abu Dhabi

Wisatawan di Pulau Panjang, Pulau Banyak, Aceh Singkil. Antara Aceh/M Haris SA

Banda Aceh (ANTARA) - Aceh Singkil, kabupaten yang posisinya nun jauh dari ibu kota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh itu memang kurang populer dibandingkan daerah lain di "Serambi Mekah", termasuk bicara soal pariwisatanya.

Bagi wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, selama ini cukup akrab sebagai daerah tujuan berwisata ke provinsi bersyariat Islam itu adalah Kota Sabang dan Banda Aceh.

Padahal, potensi alam Aceh singkil khususnya pulau pulau di perairan Samudera Hindia itu, panoramanya akan memanjakan mata sehingga dipastikan setiap orang betah berlama-lama di daerah tersebut.

Perjalanan ke Aceh Singkil dengan ibu kotanya Singkil di pesisir pantai barat dan selatan Provinsi Aceh itu dapat ditempuh sekira 12 jam jalan darat atau berjarak sekitar 650 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Ternyata, keindahan alam Aceh Singkil telah memikat hati para investor dari negara kaya timur tengah yakni Uni Emirat Arab (UEA), sehingga berencana membangun berbagai fasilitas pariwisata di daerah berjuluk kota "Beutuah" itu.

Rencana serius investor UEA berinvestasi di Serambi Mekah itu dinilai tepat sebab selain dukungan panorama alamnya, juga secara geografis Aceh berada di ujung paling barat Indonesia atau pintu "gerbang" masuk Selat Malaka.

Keseriusan investasi UEA di Aceh itu juga diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat peluncuran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) #PasarLautIndonesia di Aceh di Banda Aceh, pekan lalu.

Kepastian itu diungkapkan Menteri Luhut bahwa UEA akan merealisasikan investasi senilai 500 juta dolar AS di Aceh Singkil, dan pihaknya terus melakukan komunikasi dengan Menteri Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Mohammed Al Mazrouei.

"Ada satu proyek senilai 500 juta dolar AS yang mereka ingin investasikan dan mereka sudah meninjau dan sudah bicara. Dan saya bertelepon, tetap berkomunikasi dengan Menteri Suhail, tanggal 13, 14, 15 (September) mereka akan datang ke Indonesia lagi untuk berbagai proyek kerja sama Indonesia-Abu Dhabi," katanya menjelaskan.

Masih terkait dengan rencana investasi Abu Dhabi, menurut Luhut, berdasarkan diskusi dengan Gubernur Aceh, seharusnya sudah tidak ada masalah terkait insentif yang diminta pihak UEA.

Luhut pun mengaku telah mengunjungi kawasan Aceh Singkil yang diincar UEA. Pihak UEA bahkan menyatakan mereka akan membangun resort di mana nanti Putra Mahkota Mohammed bin Zayed Al Nahyan akan sesekali bisa hadir di sana.

"Presiden memerintahkan kami, perintahkan saya karena saya kebetulan penanggung jawab, agar itu dituntaskan. Dan kita ingin tuntaskan tentu dalam aturan-aturan main yang ada," katanya.

Menurut menteri, pihaknya sudah pergi ke Singkil dan melihat hampir 40.000 hektare rawa dengan panorama yang luar biasa indah serta dilihat oleh tim dari Abu Dhabi.

"Mereka mau bikin resort, dia mau katanya Crown Prince Muhammad bin Zayed juga akan sekali-sekali ada di sana, karena dia ingin direct flight dari Abu Dhabi langsung ke Singkil," ujar Luhut.

Bangun Resort

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Illiza Sa’auddin Djamal mengharapkan investasi UEA pada sektor pariwisata di kawasan Pulau Banyak, Aceh Singkil itu memiliki efek ganda atau multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor lainnya.

“Kita berbicara pariwisata itu bicara multiplier effect. Pariwisata hidup, maka sektor-sektor yang lain juga ikut hidup,” kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.

Menurut dia pandemi COVID-19 menjadi salah satu kendala yang membuat lambannya pengurusan investasi itu agar terlaksana dengan cepat. Rencananya, pemerintah baru akan melakukan penandatanganan perjanjian investasi tersebut pada Oktober 2021.

“Kita berharap dengan terus pulihnya pandemi di Indonesia, maka investasi ini dapat segera terlaksana, mengucurkan anggaran dengan program-program dan sebagainya,” kata Illiza.

Illiza menilai konektivitas antara Toba, Sumatera Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil menjadi gerbang pembuka untuk memasukkan investasi UEA ke Pulau Banyak.

Memang, kata dia, investasi itu terpusat di Pulau Banyak, Aceh Singkil, tetapi juga harus memberikan efek ganda terhadap daerah lain. Misalnya seperti Kabupaten Aceh Selatan, Kota Subulussalam sebagai daerah tetangga, dan juga daerah lainnya.

“Kita berharap pemerintah pusat dalam berkomunikasi dengan UEA ini juga dapat memberikan dampak lebih luas, tidak terfokus satu wilayah, tapi juga interkoneksi ke beberapa wilayah lain,” katanya.

Di Pulau Banyak, investasi tersebut tidak hanya pada pengembangan sektor pariwisata, tetapi bagaimana sektor perikanan juga dapat dikelola dengan baik sehingga dapat mendongkrak pendapatan masyarakat setempat.

Begitu juga dengan penanggulangan sanitasi, banjir dari Aceh Selatan hingga ke Aceh Singkil. Termasuk pemerintah harus menyiapkan big data dan memastikan ketersediaan pasokan listrik.

“Jangan nanti dibangun hotel, tetapi ketersediaan listriknya tidak cukup, harus pakai genset,” katanya lagi.

Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga telah menandatangani kerja sama pengembangan dan investasi pariwisata dengan Murban Energy Limited, Uni Emirate Arab yang akan dipusatkan di Pulau Banyak, Aceh Singkil.

Diharapkan kerja sama ini dapat segera terealisasi demi terwujudnya pengembangan pariwisata di Aceh,” kata Nova Iriansyah .

Ia juga meminta doa dari seluruh masyarakat Aceh agar kerja sama tersebut dapat segera diwujudkan. "Insya Allah kita doakan investasi di Aceh Singkil ini bisa terwujud," tambahnnya.

Kerja sama sektor pariwisata itu meliputi pembangunan infrastruktur pariwisata, investasi dalam pengembangan pariwisata, promosi bersama pengembangan pariwisata, sumber daya manusia serta pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Data Badan Pusat Statistik Aceh Singkil 2021 melalui wikipedia.org disebutkan bahwa penduduk Aceh Singkil tercatat 126.514 jiwa dengan kepadatan penduduknya yakni 68 jiwa kilometer persegi (km2).

Sementara penduduk Aceh Singkil berasal dari beragam suku, termasuk Singkil, Aneuk Jamee, Aceh, Batak Pakpak, Melayu dan Minang.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Aceh Azwani Awi mengharapkan investor Uni Emirat Arab serius berinvestasi di sektor pariwisata di Aceh Singkil.

Dengan tumbuhnya sektor pariwisata maka juga akan menjadi jalan keluar bagi pemasaran berbagai produk industri rumah tangga atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) rakyat, khususnya penduduk pesisir pantai barat dan selatan Aceh.

Investasi UEA di Aceh Singkil tersebut menjadi titik awal pengembangan pariwisata Aceh, sehingga provinsi ujung barat Indonesia tersebut bisa menjadi daerah kunjungan wisatawan mancanegara.