Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta memitigasi risiko penularan virus Flu Burung Clade Baru untuk mewaspadai Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang ditularkan dari unggas itu.
“Kami harus mampu memitigasi sehingga tidak menjadi masalah di DKI Jakarta dan Indonesia,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti dalam seminar terkait pencegahan flu burung di Jakarta, Kamis.
Salah satu mitigasi yang dilakukan di antaranya melakukan pemahaman atau edukasi pencegahan penularan flu burung kepada masyarakat.
Dinas Kesehatan DKI juga melakukan kesiapsiagaan dari sisi klinis kesehatan termasuk di rumah sakit, puskesmas, klinik hingga organisasi profesi terkait kesehatan.
Hingga saat ini, lanjut dia, kasus Flu Burung Clade Baru di Jakarta masih belum terdeteksi namun perlu dilakukan mitigasi komprehensif.
Alasannya, lanjut dia, DKI Jakarta memiliki tingkat mobilitas penduduk yang tinggi sehingga memiliki risiko tinggi penularan virus flu burung.
“Tingkat risiko di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi lain,” imbuhnya.
Munculnya dua kasus kematian akibat flu burung varian baru yakni Clade Baru 2.3.4.4b virus influenza A atau H5N1 di Kamboja kembali membuat sejumlah negara termasuk Indonesia menerapkan kewaspadaan.
“Adanya informasi kasus flu burung di Kamboja, kami sama-sama harus mampu memitigasi,” imbuh Widyastuti.
Kasus flu burung sebelumnya sempat muncul di Indonesia pada 2005.
Widyastuti menjelaskan saat itu kasus H5N1 di Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Tanah Air.
Pada 2006, kata dia, tercatat ada 55 kasus dengan angka kematian yang tinggi mencapai 45 kasus.
Kasus penularan flu burung di Jakarta dan Indonesia, kata dia, kemudian terus mengalami penurunan hingga muncul kembali pada 2017.
“Penularan flu burung saat ini masih bersumber dari unggas dan belum ada informasi jelas yang mengatakan penularan dari manusia ke manusia,” ucapnya.