Jakarta (ANTARA) - Teknologi kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggalangan dana oleh lembaga filantropi di Indonesia.
AI dapat membantu proses penggalangan dana para lembaga filantropi karena teknologi tersebut dapat mengidentifikasi preferensi dan minat donor potensial mereka serta membantu personalisasi pesan dan membuat konten yang relevan serta menarik bagi donor.
CEO Resolve Asia dan praktisi penggalangan dana profesional, Maitra Widiantini, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta pada Kamis, menyebutkan optimalisasi teknologi AI dalam penggalangan dana meliputi tiga hal.
Pertama, pengembangan dan penajaman strategi penggalangan dana. Maitra merujuk pengalamannya ketika menyusun strategi dan memperluas target pasar menggunakan BARD, salah satu chatbot AI. Maitra memperoleh masukan mengenai strategi apa yang perlu disusun, memperkaya dan melengkapi konsep dasar yang sudah dimiliki.
“Lembaga menerapkan alat analisis data untuk memvisualisasikan data donor, tren penggalangan dana, dan preferensi donor potensial dalam merancang strategi yang lebih cerdas dan menarik,” kata Maitra.
Kedua, AI memungkinkan peningkatan donasi atau memperbesar peluang pendanaan melalui pengayaan konten, penatalayanan (stewardship) donor, serta prediksi dan analisis donasi.
Ketiga, AI dapat melakukan optimalisasi penggunaan sumber daya penggalangan dana.
Di sisi lain penggunaan AI juga perlu memunculkan diskursus aspek etika seperti penggunaan gambar/video yang memanipulasi emosi, tidak menghormati preferensi dan keinginan donor, pelanggaran privasi dan penggunaan data donor tanpa izin, serta masalah transparansi dan akuntabilitas.
Salah satu lembaga filantropi, Rumah Zakat, merasakan empat manfaat teknologi AI dalam menjalankan kegiatan penggalangan dana yaitu personalisasi dan kecocokan donor, model prediksi donor dan alur penatalayanan donatur secara otomatis, philanthropy advising, serta kampanye penggalangan dana secara daring.
“Rumah Zakat juga memiliki fundraising information system (sistem informasi penggalangan dana) yang melibatkan AI, yang amat membantu dalam mempercepat penyajian data serta laporan harian,” kata CEO Rumah Zakat, Irvan Nugraha.
Rumah Zakat memanfaatkan chatbot untuk menjawab pertanyaan dan kebutuhan konsumen. Selain itu tim pemasaran mereka juga memanfaatkan ChatGPT dan Bing untuk menggali dan mengembangkan ide konten.