Pemprov Sulteng kembangkan cagar budaya sebagai destinasi wisata

id Megalit,Pemprov Sulteng,Gubernur Sulteng,Rusdy Mastura,Dinas Kebudayaan Sulteng,Cagar Budaya Sulteng

Pemprov Sulteng kembangkan cagar budaya sebagai destinasi wisata

Pertemuan antara pihak Dinas Kebudayaan Sulteng dengan Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, di Palu, Kamis (7/9/2023). (ANTARA/HO-Biro Administrasi Pimpinan Setda Pemprov Sulteng)

Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) mengembangkan situs cagar budaya megalit sebagai penopang pengembangan destinasi wisata, untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulteng.

"Pengembangan, pelestarian dan perlindungan situs cagar budaya terus dilakukan secara berkelanjutan untuk menopang pengembangan destinasi wisata Sulteng," ucap Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, di Palu, Kamis, saat menerima Kepala Dinas Kebudayaan Sulteng Andi Kamal Lembah menyampaikan laporan tentang realisasi program kerja Sulteng Negeri 1.000 megalit.

Gubernur Sulteng Rusdy Mastura mengemukakan bahwa pengembangan wisata yang di dalamnya termasuk pengembangan cagar budaya, menjadi satu prioritas pembangunan yang diselenggarakan untuk mewujudkan visi gerak cepat Sulteng lebih maju dan lebih sejahtera.

Pengembangan ini dilakukan oleh Pemprov Sulteng seiring dengan banyak potensi wisata dan megalit yang dimiliki oleh Sulteng.

Di samping itu, sebagai satu respons percepatan pembangunan ekonomi seiring dengan perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Oleh karena itu, Gubernur berharap Dinas Kebudayaan terus melaksanakan perlindungan dan pelestarian cagar budaya di Sulawesi Tengah.

Serta melakukan pengembangan dan terobosan agar situs megalit di Sulteng mendapatkan pengakuan dari UNESCO.

Sejumlah referensi menyebutkan setidaknya terdapat 349 buah batu dalam berbagai bentuk dan ukuran tersebar di Lembah Napu dan Bada, Kabupaten Poso.

Ukuran batu tertinggi menyerupai manusia setinggi empat meter dengan lebar rata-rata 1,5 sampai 2,5 meter.

Hasil penelitian arkeologi menyebutkan megalit tersebut diperkirakan berasal dari 3.000 tahun Sebelum Masehi dan yang termuda dibuat sekitar 1.300 tahun Sebelum Masehi.

Bentuk batu tersebut beragam antara lain berupa patung Arca, Kalamba, Tutu`na dan Dakon.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sulteng Andi Kamal Lembah mengakui bahwa pihaknya telah melaksanakan konservasi situs megalit di Kabupaten Poso dan Sigi.

Kata dia, situs cagar budaya megalitikum di Poso dan Sigi berhasil masuk dalam usulan baru. Hal ini sesuai rekomendasi Tim Rekomendasi Unesco, yang menyampaikan bahwa keberadaan megalit yang diestimasi berusia 3000 tahun sebelum masehi ini, mempunyai nilai budaya kategori universal dan memberikan kesaksian unik.

"Nilai peradaban ini lebih tua dari Laos atau situs megalit xien khuang," sebutnya.

Di samping itu, ia menerangkan, saat ini Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Banggai Kepulauan telah menetapkan Makam Imam Sya’ban sebagai situs cagar budaya peringkat kabupaten tahun 2023 dan pihaknya segera menindaklanjuti ke pemerintah pusat untuk ditetapkan sebagai warisan peradaban dunia.

"Maka, untuk mengoptimalkan penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian cagar budaya, perlu adanya penambahan tenaga ahli kebudayaan dan tim ahli cagar budaya di Sulawesi Tengah serta dukungan sarana," ungkapnya.
Pengunjung mengunjungi objek wisata megalitikum yang berada kawasan megalitikum Pokekea, Lembah Behoa, Kabupaten Poso. (ANTARA/Muhammad Hajiji)