Hal itu dilakukan melalui peningkatan kapasitas hasil kerja sama Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) dengan Food and Agriculture Organization (FAO) dalam hibah proyek Mainstreaming Biodiversity Conservation and Sustainable Use into Inland Fisheries Practices in Freshwater Ecosystems of High Conservation Value (Ifish Project).
"Program prioritas ekonomi biru KKP bertujuan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan kelautan perikanan guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian serta keseimbangan ekologi kelautan dan perikanan," ujar Kepala BPPSDM KP I Nyoman Radiarta lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Program peningkatan kapasitas di tiga WPP dikhususkan untuk Penerapan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) atau pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di perairan darat dan budi daya ikan belida ( Chitala lopis) , budi daya ikan arwana ( Scheleropages spp) dan budi daya ikan sidat (Anguilla spp), serta akuakultur.
Untuk mempercepat pencapaian program prioritas ekonomi biru, Nyoman mengungkapkan perlu penguatan kebijakan dan dukungan sumber daya manusia yang kompeten dan terampil di bidangnya salah satunya lewat pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.
Adapun jenis-jenis pelatihan yang digelar antara lain pelatihan budi daya ikan sidat, pelatihan budi daya ikan belida, pelatihan diversifikasi olahan ikan sidat, pelatihan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di perairan darat, pelatihan akuakultur dengan pendekatan ekosistem, dan pelatihan budi daya ikan patin.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP TB Haeru Rahayu menyampaikan, pihaknya mendukung pelatihan ini sesuai dengan substansi yang dimiliki.
“Ini adalah pelatihan yang luar biasa dalam mendukung program ekonomi biru, karena keberadaan akuakultur tidak mengganggu peran dan fungsi lingkungan. Dalam konteks ekonomi biru tidak hanya peduli dengan ekologi saja, tetapi juga mendukung kegiatan sosial dan ekonomi, serta ada layeritas pelaksanaan dan perencanaan akuakultur,” ujarnya.
Sebagai informasi, program peningkatan kapasitas SDM yang telah dilaksanakan dalam kerangka kerja sama ini dilaksanakan sejak bulan November 2023 hingga Juni 2024 dengan target sasaran peserta pelatihan sejumlah 4200 orang.