Kolombia (ANTARA) - Kantor Ombudsman Kolombia mengingatkan kemungkinan bahaya dan tidak terpenuhinya hak para migran setelah Presiden baru Panama, Jose Raul Mulino memutuskan akan memblokir arus migran dengan membangun pagar berduri di Celah Darien.
“Pemerintah harus memastikan tempat berlindung, aksesibilitas terhadap kebutuhan dasar dan jaminan tidak adanya pemulangan migran yang memenuhi syarat untuk memperoleh suaka dan membutuhkan perlindungan internasional,” kata Kantor Ombudsman Kolombia, seperti dikutip Anadolu, Senin.
Kantor tersebut memperingatkan bahwa keputusan presiden baru Panama itu akan mempengaruhi hak-hak para migran dan mendesak pemerintah untuk meminta pihak berwenang Panama mematuhi hak asasi manusia yang melintasi jalur Darien.
Pekan lalu, pada Jumat (5/7), keputusan Presiden Jose Raul Mulino, untuk membangun pagar kawat berduri di Celah Darien itu telah menimbulkan ketegangan dengan otoritas Kolombia.
Pihak berwenang Kolombia menyatakan keprihatinannya mengenai kemungkinan migran menumpuk di kota-kota Kolombia di mana ribuan migran setiap tahun berani melakukan perjalanan ke Amerika Serikat (AS).
Melalui foto-foto yang dipublikasikan para migran di media sosial menunjukkan pagar yang terdiri dari beberapa kawat berduri yang dipaku ke pohon, menghalangi perjalanan mereka ke Panama.
Berdasarkan kesepakatan dengan Mulino, AS setuju untuk menanggung biaya pemulangan migran yang memasuki Panama secara ilegal.
Perjanjian tersebut, yang ditandatangani oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Alejandro Mayorkas, bertujuan untuk mengurangi jumlah migran yang diselundupkan melalui Darien, yang biasanya dalam perjalanan menuju Amerika Serikat.
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden pada tanggal 1 Juli, Mulino berjanji untuk menemukan solusi terhadap apa yang ia gambarkan sebagai “krisis kemanusiaan dan lingkungan hidup” yang menimbulkan biaya mahal.
“Saya tidak akan membiarkan Panama menjadi jalan terbuka bagi ribuan orang yang memasuki negara kami secara ilegal, didukung oleh seluruh organisasi internasional yang terkait dengan perdagangan narkoba dan perdagangan manusia,” ujarnya.
Lebih dari 197.000 orang mempertaruhkan nyawa dengan melintasi hutan dari Januari hingga Juni 2024 dan menghadapi organisasi kriminal, hewan liar, dan bentang alam berbahaya.
Sebagian besar migran yang melintasi wilayah tersebut berasal dari Venezuela, Ekuador, Kolombia, dan China.
Sumber : Anadolu