Kesehatan seorang guru merupakan faktor penting yang mendukung keberlanjutan dunia pendidikan. Nelly (58) merupakan salah seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Palu berbagi cerita tentang kondisi kesehatannya yang mengidap penyakit epilepsi.
Ia merasa sangat terbantu dengan adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), karena sepenuhnya menjamin biaya perawatan dan terapinya mulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
“Saya pertama kali didiagnosis epilepsi sejak tahun 2015. Penyebabnya karena saya pernah jatuh dan mengalami cedera pada kepala. Sejak saat itu, saya sering mengalami kejang-kejang tanpa bisa diprediksi,” ujarnya saat ditemui di Klinik Manggala pada Rabu (14/8/2024).
Nelly menjelaskan bahwa proses diagnosis-nya tidaklah mudah. Setelah sering mengalami kejang-kejang, ia menjalani serangkaian tes untuk memastikan penyebabnya.
"Awalnya, dokter melakukan pemeriksaan neurologis untuk memeriksa fungsi otak dan motorik saya. Lalu, saya juga menjalani beberapa tes darah untuk melihat apakah ada masalah lain yang menyebabkan kejang-kejang ini,” jelasnya.
Nelly menjelaskan bahwa sebagai seorang tenaga pendidik, stabilitas kesehatannya sangat penting bagi kesehariannya.
Meski sering mengalami kejang yang mendadak, ia tetap bertekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak didiknya di sekolah. Keinginannya untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan tetap kuat, meskipun penyakitnya kerap kali mengganggu.
“Ketika saya mengalami kejang, biasanya saya merasa sangat bingung dan tidak bisa bergerak selama beberapa saat. Kadang-kadang, kejang ini membuat saya jatuh dan kehilangan kesadaran. Namun, berkat keikutsertaan saya dalam Program Rujuk Balik (PRB), saya dapat menjalani kontrol secara berkala dan minum obat dengan teratur. Ini membantu saya mengelola kondisi kesehatan saya sehingga gejala kejangnya bisa lebih terkontrol dan saya tetap bisa mengajar,” tambahnya.
Nelly juga mengungkapkan bahwa epilepsi yang ditandai dengan gejala seperti kejang mendadak, otot kaku, dan hilangnya kesadaran, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Ia terus beradaptasi dengan kondisinya dan tetap menjalani hidup dengan penuh semangat.
“Program JKN ini sangat membantu, terutama untuk perawatan rutin dan obat-obatan saya. Dengan JKN, saya bisa mengunjungi dokter secara berkala dan mendapatkan obat-obatan yang diperlukan tanpa khawatir dengan biaya yang besar. Selain itu, para petugas dan dokter yang menangani saya selama ini sangat solutif dan ramah,” kata Nelly.
Nelly berharap bahwa Program JKN dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas, terutama bagi masyarakat dengan ekonomi yang sulit.
Menurutnya, peningkatan sosialisasi terkait manfaat JKN masih sangat diperlukan agar lebih banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan program ini dengan optimal.
“Saya sering melihat orang-orang di sekitar saya yang masih belum paham tentang cara kerja program JKN. Padahal, program ini sangat membantu, terutama untuk biaya kesehatan yang sering kali tidak terduga,” ungkapnya.
Ia juga selalu berusaha memberikan pemahaman kepada orang-orang di sekitarnya mengenai pentingnya memiliki jaminan kesehatan.
Ia sering menceritakan pengalamannya kepada rekan-rekan sesama guru dan juga para orang tua murid di sekolah tempat ia mengajar.
“Saya selalu memberitahu orang-orang bahwa dengan Program JKN, kita bisa lebih tenang. Jika ada yang sakit, kita sudah tahu harus ke mana dan bagaimana prosesnya. Jadi tidak perlu panik saat membutuhkan perawatan medis,” imbuhnya.
Seiring dengan bertambahnya usia, Nelly semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, terutama bagi seorang tenaga pendidik yang memiliki tanggung jawab besar terhadap generasi muda. Dengan Program JKN, Nelly merasa lebih terlindungi dan dapat menjalankan tugasnya sebagai guru TK dengan lebih baik. (tm/aq)