Morowali (ANTARA) - Di jantung kawasan industri yang bergemuruh seperti palu menempa besi, tumbuh harapan anak-anak Morowali. Mereka bukan sekadar menjemput masa depan, tetapi sedang menempa nasib dengan bara semangat dan palu pengetahuan di Politeknik Industri Logam Morowali (PLM).
Terletak di Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, kampus ini adalah tungku pendidikan yang didirikan melalui Surat Keputusan Kemenristekdikti pada 31 Agustus 2016, dan dikukuhkan oleh Kementerian Perindustrian melalui Permenperin No. 81/M-IND/PER/12/2016.
Tak sekadar berdiri, politeknik ini disokong oleh raksasa industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), yang menyediakan lahan seluas 30 hektare—sebuah ladang luas tempat anak bangsa mengasah diri menjadi logam mulia. Pada tahun 2017, pembelajaran resmi dimulai.
Syahrul, mahasiswa semester II asal Morowali, adalah satu dari sekian banyak anak muda yang kini membakar semangatnya di jurusan Teknik Perawatan Mesin. Ia tak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa tekad untuk berubah dari bijih mentah menjadi baja yang kuat.
"Di sini bisa langsung kerja," ujar Abdi saat ditanyai alasannya memilih Politeknik Industri Logam Morowali untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Hal serupa disampaikan oleh Risky Aulia dari jurusan Teknik Listrik dan Instalasi. Ya, tak hanya jurusan Teknik Perawatan Mesin, PLM juga membuka jalur emas untuk jurusan Teknik Listrik dan Instalasi serta Teknik Kimia Mineral.
"Tidak lama lagi mau magang, sekarang saya sudah semester empat. Waktu pertama lihat informasinya, langsung tertarik," kata Risky Aulia.
Tidak hanya Abdi dan Risky yang merupakan anak daerah Morowali. Di PLM juga terdapat sejumlah mahasiswa yang datang dari luar Provinsi Sulawesi Tengah, seperti Syahrul dari Makassar dan Sulwahyudi asal Kolaka Timur. Keduanya memilih PLM daripada universitas atau perguruan tinggi lainnya.
"Ada program magang di semester lima dan enam. Magangnya di IMIP selama satu tahun, dan mereka sudah digaji seperti pekerja lainnya," ujar Angga, Ketua Program Studi Teknik Perawatan Mesin.
Di bawah komando Direktur Agus Salim, PLM menjadi mercusuar pendidikan vokasi di tengah derasnya arus industrialisasi. Di kampus ini, ilmu bukan hanya dibaca, tetapi dihidupkan.
Para mahasiswa tak sekadar belajar; mereka dibentuk untuk menjadi pilar masa depan industri nasional.
"Politeknik ini bukan hanya tempat belajar. Ini juga tempat anak-anak Morowali menempa asa. Kami berharap putra-putri Morowali bisa berkuliah di sini," papar Agus Salim.
Menurut Agus, saat ini juga terdapat sejumlah alumni yang telah menjadi tenaga pengajar di PLM.
"Kami sudah merekrut dua alumni karena kami melakukan rekrutmen lewat jalur PNS. Alumni sini ada yang lolos, meskipun karena masih D3, statusnya adalah Penata Laboratorium Pendidikan," tuturnya.
Sementara itu, Emilia Bassar, Direktur Komunikasi PT IMIP, menggambarkan politeknik ini bukan sekadar kampus vokasi, melainkan bengkel masa depan—tempat anak-anak bangsa dipersiapkan untuk menyatu dengan nadi industri.
“Kelak, para lulusan ini bukan hanya menjadi roda penggerak di kawasan industri kami, tetapi juga lentera intelektual yang menuntun bangsa di tengah gelombang revolusi teknologi nikel dan energi terbarukan," katanya.
Ia berharap ke depannya politeknik ini akan menjadi salah satu perguruan tinggi vokasi unggulan, dan menjadi institusi yang fokus pada pengembangan industri hilirisasi nikel.
"Industri yang berbasis nikel, khususnya di IMIP, akan mendapatkan suplai tenaga kerja dari alumni politeknik yang memiliki kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan industri," jelasnya.
"Tentu saja, diharapkan para lulusan politeknik ini tidak hanya mengisi lapangan pekerjaan di IMIP, tetapi juga menjadi calon intelektual muda yang berkontribusi dalam industri hilirisasi nikel," tambahnya.
