Wartawan di Poso dibekali penulisan berita bahasa Indonesia baku

id Jurnalis poso,Balai Bahasa

Wartawan di Poso dibekali penulisan berita bahasa Indonesia baku

Peneliti ahli muda Balai Bahasa Sulteng, Dr Herawati, saat memberikan penyuluhan bahasa Indonesia baku kepada sejumlah wartawan di Kabupaten Poso, Kamis (26/9). (Fery Timparosa)

Nah biasa sering digunakan kata "koordinir" tidak ada dalam kamus kata itu, yang ada kata koordinasi, juga kata "akomodir " yang benar akomodasi, tidak ada kata akomodir itu

Poso (ANTARA) - Sejumlah wartawan di Kabupaten Poso dibekali cara penulisan berita dengan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang baku dilaksanakan Balai Bahasa Sulteng Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, di Poso, Kamis (25/9).

Pemateri antara lain peneliti ahli muda Balai Bahasa Sulteng, Dr Herawati.

Dia mengatakan masih sering terjadi dalam pemberitaan media massa menggunakan bahasa tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sehingga kata-kata yang digunakan bisa disalahartikan atau juga sering menggunakan bahasa asing yang sulit dipahami masyarakat.
"Pemberitaan itu harus memperhatikan aspek kebahasaan yang baku, media massa dibaca banyak orang," kata Herawati.

Dia katakan, dalam menulis kalimat dalam satu paragraf harus menggunakan titik koma dengan kata yang tepat dan tidak panjang dibaca, sehingga pembaca dapat membaca berita tidak secara monoton dalam satu paragraf.

Selain itu berita juga jelas dan tepat, tidak menggunakan kata-kata yang diulangi.

"Ada berita dalam satu paragraf, panjang sekali baru dapat titik. Kemudian kata di atas diulangi lagi di kalimat seterusnya, sehingga pembaca merasa bosan," katanya.

Menurutnya bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tetap taat pada kaidah tata bahasa dan tetap memperhatikan ejaan yang benar.

Bahasa jurnalistik bahasa komonikasi harus jelas dan mudah dibaca, dengan ukuran intelektualitas beragam.

Selain itu bahasa jurnalistik komonikatif, singkat, padat, lancar, lugas dan menarik.

Herawati mencontohkan kata-kata seperti penulisan bupati atau gubernur yang masih menjabat untuk mengikuti pemilihan. Sering menggunakan kata yang salah yakni "incumbent" yang benar menggunakan bahasa "petahana".

Hal itu juga dalam kata "demontrasi" seharusnya sesuai KBBI harus meletakan huruf "s" yakni demonstrasi.

Demikian juga dalam penjelasannya seperti kata "respon" kata yang tepat yakni respons. Demikian kata "sekedar" sesungguhnya kata itu tidak berati dalam penulisan kalimat, sekedar berasal dari kata "kadar".

"Nah biasa sering digunakan kata "koordinir" tidak ada dalam kamus kata itu, yang ada kata koordinasi, juga kata "akomodir " yang benar akomodasi, tidak ada kata akomodir itu," ujarnya.

Selain kata-kata dalam kalimat itu, dia juga memberikan penyuluhan tentang penulisan titik koma pada gelar dan angka serta penulisan jabatan yang disertai nama, harus ada kata koma diantara jabatan dan nama.

Selain itu penulisan kata angka, angka mulai dari satu hingga sembilan belas harus ditulis dengan huruf, sementara angka 20 dan seterusnya ditulis menggunakan angka.

Sementara kata bahasa daerah dan asing dapat ditulis dalam berita sesuai kepentingannya. Untuk kata-kata asing, dia jelaskan harus ditulis miring.

"Kalau gelar itu, biasanya tergantung dari kesepakatan media massa itu, apakah harus ditulis atau tidak," tuturnya.

Menurutnya penggunaan bahasa jurnalistik dirinya berharap agar wartawan mengunduh aplikasi KBBI di play store agar memperhatikan kata yang baku digunakan.***