Upaya mengatasi pandemi COVID-19 di Sulteng

id Sulteng,Sandi,Palu,Corona,Sulbar,Upaya mengatasi pandemi COVID-19,mengatasi pandemi COVID-19 di Sulteng

Upaya mengatasi pandemi COVID-19  di Sulteng

Petugas menunjukan contoh kartu tanda penerima vaksin COVID-19 Sinovac saat pelaksanaan simulasi di Puskesmas Kawatuna di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (13/1/2021). Simulasi tersebut digelar jelang pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kota Palu pada 14 Januari 2021. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/aww.

Palu (ANTARA) - Pemerintah di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) telah melakukan berbagai upaya agar bisa mengatasi pendemi COVID-19, minimal menekan pertambahan kasus terkonfimasi positif COVID-19 dan menggenjot jumlah pasien COVID-19 yang sembuh.

Setelah Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengumumkan kasus pertama COVID-19 di daerah itu, yakni di Kota Palu, Kamis (26/3/2020), pemerintah provinsi, kota dan kabupaten langsung tancap gas memperketat warga dari luar daerah utamanya pelaku perjalanan masuk ke wilayahnya.

Baik pelaku perjalanan dari luar provinsi maupun dari luar daerah dalam Provinsi Sulteng dengan berbagai regulasi seperti mewajibkan pelaku perjalanan dari luar memperlihatkan hasil rapid test hingga uji usap (swab) dengan hasil negatif COVID-19 jika akan memasuki wilayah ini. Selain itu menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan.

Bagi pelaku perjalanan antar daerah di dalam wilayah Sulteng, sejumlah pemerintah kabupaten dan kota memberlakukan aturan wajib memperlihatkan Surat Keterangan Berbadan Sehat (SKBS) hingga hasil uji cepat atau rapid test jika ingin memasuki daerah tersebut.

Selanjutnya pemda juga memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) bagi sejumlah instansi untuk mengantisipasi terjadinya kluster penularan dan penyebaran COVID-19 di instansi pemerintah.

Di sektor pendidikan, seluruh pemda di Sulteng memberlakukan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara dalam jaringan (daring) di semua jenjang pendidikan. Hal itu agar para tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik tidak terpapar virus tersebut.

Namun upaya itu belum efektif membendung wabah COVID-19 agar tidak masuk, sehingga sampai hari ini seluruh daerah di Sulteng memiliki warga yang terpapar COVID-19 baik yang telah sembuh maupun tengah dalam karantina.

Vaksinasi dianggap menjadi upaya terakhir yang diharapkan dapat mengakhiri pandemi COVID-19 di provinsi itu.
 

Vaksinasi atasi pandemi COVID-19

Gubernur Sultebg Longki Djanggola menyatakan vaksinasi COVID-19 merupakan upaya terakhir yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan penularan virus tersebut.

Ia khawatir jika vaksinasi tidak dilakukan, kasus COVID-19 di Sulteng akan meledak dan tidak terkendali yang berdampak pada ketidakmampuan pemerintah kabupaten dan kota menangani COVID-19 utamanya tenaga kesehatan yang menangani pasien yang terpapar virus itu.

"Vaksin COVID-19 adalah halal dan suci. Saat ini vaksinasi adalah upaya terakhir kita semua untuk mengendalikan penularan dan penyebaran COVID-19," katanya di Kota Palu, Selasa (27/1).

Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk menyukseskan program vaksinasi COVID-19 di provinsi itu.

"Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 dan guna melindungi masyarakat dari virus berbahaya ini. Vaksinasi COVID-19 melindungi diri sendiri, keluarga dan semuanya," ujarnya.
 

Realisasi vaksinasi COVID-19

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulteng dr. I Komang Adi Sujendra menyatakan, realisasi vaksinasi COVID-19 tahap pertama di wilayah setempat hingga saat ini mencapai 35,69 persen.

"Vaksinasi COVID-19 terhadap tenaga kesehatan (nakes) sampai Kamis (28/1) 35,69 persen di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Poso," katanya kepada ANTARA di Palu, Jumat (29/1).

Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Morowali, Morowali Utara, Banggai dan Buol telah mengambil vaksin tersebut yang disimpan di Gudang Instalasi Farmasi Dinkes Sulteng di Palu dan menunggu laporan perkembangan vaksinasi nakes di sana.

Pihaknya masih menunggu Pemkab Tolitoli, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut untuk datang mengambil vaksin tersebut agar vaksinasi tahap satu kepada nakes di seluruh daerah secepatnya terealisasi.

"Kita targetkan vaksinasi tahap satu untuk sekitar 22 ribu nakes di Sulteng selesai pada Februari. Setelah itu kita menunggu distribusi vaksin berikutnya dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan vaksinasi tahap dua," ujarnya.

Komang menjelaskan untuk tahap pertama Sulteng mendapat jatah 22 ribu dosis vaksin COVID-19 dari Kementerian Kesehatan. Dari jatah 22 ribu dosis tersebut, 11 ribu dosis telah tiba. Pihaknya masih menunggu sisa 11 ribu dosis lagi.

Pada tahap dua akan didistribusikan 28 ribu dosis vaksin yang akan diterima nakes selain nakes di Palu, Poso dan Donggala sehingga total jatah vaksin untuk Provinsi Sulteng sebanyak 50 ribu dosis.

PT Bio Farma (Persero) menyebutkan sebanyak 4 juta dosis vaksin covid-19 sudah selesai diproduksi dan siap didistribusikan pada Februari 2021.

"Sampai dengan Kamis (21/1), sudah ada 4 juta dosis yang sudah selesai diproduksi. Status produk-produk itu sedang dalam tahap proses quality control, yang akan dikirimkan ke Badan POM untuk mendapatkan lot release agar dapat didistribusikan, dan diperkirakan sampai dengan bulan Februari 2021, akan siap sebanyak 4 juta dosis vaksin," ujar Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Ia mengemukakan Bio Farma telah menerima sebanyak 15 juta dosis bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac, pada 12 Januari 2021. Kemudian Bio Farma meneruskan proses produksi dari bahan baku itu untuk menjadi final product.

Secara total, Bio Farma akan menerima sebanyak 140 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac secara bertahap.

Hasil dari proses produksi bahan baku itu akan melengkapi pasokan vaksin Covid-19 dalam kemasan finish product sebanyak tiga juga dosis yang sudah diterima sebelumnya pada Desember 2020.

"Kolaborasi antara Bio Farma dengan Sinovac melalui dua mekanisme, yaitu impor dalam bentuk barang jadi atau finished product single dose yang diperuntukkan front liner di Indonesia, dan impor dalam bentuk bulk atau konsentrat vaksin. Dari bulk ini, akan diproses lebih lanjut di Bio Farma di fasilitas fill and finish yang ada di Bio Farma," papar Honesti,

Untuk pendistribusian vaksin, grup Bio Farma bersama PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk sudah memiliki 48 cabang atau warehouse yang dapat dioptimalkan.

"Dalam sisi teknologi, Bio Farma sudah menyiapkan digital solution yang bersifat end-to-end mulai dari pabrik produksi, proses distribusi dan sampai di tujuan akhir (fasilitas kesehatan). Proses pendistribusian Ini, dapat dimonitor real time di Command Center Holding BUMN Farmasi," katanya.

Ia menyampaikan Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 sebanyak 181,5 juta, atau setara dengan 426 juta dosis.

Untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan vaksin Covid-19 dari produsen, disampaikan, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Dari Permenkes itu, pasokan vaksin akan didapat dari hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd dan Novovax. Tentunya keseluruhan vaksin Covid-19 tersebut, harus melaporkan hasil Uji Klinis 1 sampai dengan 3, dan mendapatkan EUA dari Badan POM.

Dengan pasokan vaksin COVID-19 yang mencukupi dan vaksinasinya dilaksanakan menyeluruh, diharapkan dapat mengatasi penyebaran virus Corona jenis baru tersebut.