PSSI sesalkan suar menyala di laga Indonesia versus Bangladesh
Bandung (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menyebut bahwa pihaknya menyesalkan adanya suar (flare) yang menyala pada laga persahabatan FIFA tim nasional Indonesia kontra Bangladesh di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Rabu (1/6).
"Kami sangat menyesalkan kejadian tersebut. Apalagi pertandingan itu masuk dalam 'FIFA match day'," ujar Yunus ketika dihubungi ANTARA dari Bandung, Kamis.
Menurut pria asal Gorontalo itu, PSSI sejatinya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah suar tersebut masuk ke dalam stadion.
Imbauan sudah diumumkan, pemeriksaan pun dilakukan sebelum masuk arena pertandingan. Akan tetapi, Yunus menyebut penyaringan sulit maksimal jika memang suporter sudah berniat menghidupkan flare sedari awal.
"Sehebat apapun kemananan untuk menjaga dan memeriksanya, kalau ada niat dari suporter, hal itu sulit diatasi," tutur dia.
PSSI, Yunus melanjutkan, kemungkinan besar akan disanksi denda oleh AFC karena flare tersebut. Namun, dia belum bisa memastikan jumlahnya.
"Saya tidak mau mengira-ngira," kata Yunus.
Pertandingan Indonesia versus Bangladesh, yang dihadiri nyaris 9.000 penonton, sejatinya berjalan tertib dari menit awal.
Namun, kondisi berubah menjelang pertandingan berakhir. Suar berwarna tiba-tiba menyala dari tribun timur stadion. Ketika asap mulai menyebar, flare susulan datang dari tribun barat.
Hal tersebut membuat pandangan di lapangan sempat terganggu asap, tetapi laga tetap selesai tepat waktu. Laga itu sendiri berakhir imbang tanpa gol.
PSSI sebelumnya telah beberapa kali mendapat hukuman denda dari AFC terkait flare ini. Namun, jumlahnya berbeda-beda.
Pada 2017, AFC mendenda PSSI sebesar 60.000 dolar AS (ketika itu setara sekitar Rp780 juta) karena ada nyala flare pada laga semifinal-final Piala Presiden 2017.
Pada 2014, PSSI juga dijatuhi denda sebesar 5.000 dolar AS (saat itu nilainya di kisaran Rp60 juta) lantaran flare dibakar pada laga Kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, yang mempertemukan Indonesia dan Korea Selatan.
"Kami sangat menyesalkan kejadian tersebut. Apalagi pertandingan itu masuk dalam 'FIFA match day'," ujar Yunus ketika dihubungi ANTARA dari Bandung, Kamis.
Menurut pria asal Gorontalo itu, PSSI sejatinya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah suar tersebut masuk ke dalam stadion.
Imbauan sudah diumumkan, pemeriksaan pun dilakukan sebelum masuk arena pertandingan. Akan tetapi, Yunus menyebut penyaringan sulit maksimal jika memang suporter sudah berniat menghidupkan flare sedari awal.
"Sehebat apapun kemananan untuk menjaga dan memeriksanya, kalau ada niat dari suporter, hal itu sulit diatasi," tutur dia.
PSSI, Yunus melanjutkan, kemungkinan besar akan disanksi denda oleh AFC karena flare tersebut. Namun, dia belum bisa memastikan jumlahnya.
"Saya tidak mau mengira-ngira," kata Yunus.
Pertandingan Indonesia versus Bangladesh, yang dihadiri nyaris 9.000 penonton, sejatinya berjalan tertib dari menit awal.
Namun, kondisi berubah menjelang pertandingan berakhir. Suar berwarna tiba-tiba menyala dari tribun timur stadion. Ketika asap mulai menyebar, flare susulan datang dari tribun barat.
Hal tersebut membuat pandangan di lapangan sempat terganggu asap, tetapi laga tetap selesai tepat waktu. Laga itu sendiri berakhir imbang tanpa gol.
PSSI sebelumnya telah beberapa kali mendapat hukuman denda dari AFC terkait flare ini. Namun, jumlahnya berbeda-beda.
Pada 2017, AFC mendenda PSSI sebesar 60.000 dolar AS (ketika itu setara sekitar Rp780 juta) karena ada nyala flare pada laga semifinal-final Piala Presiden 2017.
Pada 2014, PSSI juga dijatuhi denda sebesar 5.000 dolar AS (saat itu nilainya di kisaran Rp60 juta) lantaran flare dibakar pada laga Kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, yang mempertemukan Indonesia dan Korea Selatan.