Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi pasar modal di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) naik menjadi Rp7,6 triliun selama 2022 dibandingkan pada 2021 yang mencapai Rp6,7 triliun.
"Dengan nilai transaksi seperti ini tergambar animo masyarakat di pasar modal cukup baik," kata Kepala BEI Perwakilan Sulteng Putri Irnawati di Palu, Senin.
Ia mengemukakan, meningkatnya jumlah transaksi berpengaruh terhadap jumlah investor baru, yang mana tahun lalu jumlah investor di bursa saham sebanyak 17.406 single investor identifikasi (SID).
Jumlah itu, meningkat 4.275 investor dibandingkan dua tahun lalu atau 2021 yang hanya 13.131 SID, dan dilihat dari statistik dominasi investor tercatat Kota Palu memiliki 7.726 SID, disusul Kabupaten Banggai 1.900 SID.
"Sekitar 36 persen investor pasar modal Sulteng di dominasi kalangan milenial atau usia 30 tahun ke bawah," ucap Putri.
Ia memaparkan, dilihat dari klasifikasi pekerjaan, 31 persen investor di provinsi ini adalah pegawai swasta, kalangan pelajar sekitar 26,4 persen, dan pengusaha 16,9 persen, yang mana nilai transaksi terbesar satu tahun terakhir dari Kabupaten Tolitoli senilai Rp151 miliar, disusul Kota Palu Rp150 miliar.
"Setiap tahun Tolitoli selalu berada di peringkat pertama dengan nilai transaksi tinggi, meskipun jumlah investor di kabupaten itu berada di bawah Kota Palu dan Banggai," ujar Putri.
Pada 2023, katanya, BEI terus mendorong peningkatan nilai transaksi dan investor menanam modal di bursa saham sebagai upaya mengangkat pamor pasar modal Sulteng bersaing secara nasional.
Ia menambahkan, dari 10 galeri investasi kini meningkat menjadi 14 galeri terdiri dari galei investasi BEI, galeri investasi Syariah BEI masing-masing tiga galeri, kemudian galeri investasi digital BEI dan galeri investasi edukasi BEI masing-masing empat galeri.
"Kami berharap iklim pasar modal tahun ini tetap kondusif mengingat perkembangan isu ancaman resesi global," demikian Putri.