Saat memasuki pintu pameran, terdapat hiasan berupa daun dari pohon kopi yang menandai tema dari pameran tersebut.
Dipandu oleh pemandu museum Jassim Saeed Al Kuwari, di sesi awal, pengunjung diperlihatkan bagaimana kopi menjadi komoditi yang di bawa dari tiap negara sebagai barang pertukaran, dan memperkenalkan ragam jenis kopi seperti robusta, arabika dan liberica.
Jenis-jenis kopi diperkenalkan dari gambar ilustrasi yang ada di sana mulai dari bentuk daun, bunga hingga biji yang dihasilkannya.
Selanjutnya pengunjung akan masuk ke area yang menceritakan industri kopi yang berkembang di Arab dan peta persebarannya. Kopi juga diceritakan menjadi kegiatan yang menerapkan "cultuur-stelsel" di Indonesia, di mana saat itu Belanda memperkerjakan warga lokal untuk menanam kopi dan membuat perkebunan.
Di negara Timur Tengah, kopi dikenal dengan sebutan Qahwa, namun di berbagai negara kopi memiliki sebutannya masing-masing seperti Turki menyebutnya "Kahve", Belanda menyebutnya "Kaffe" dan Inggris "Coffee".
Qahwa sendiri merupakan kopi yang dibuat dari daun kopi robusta yang direbus di dalam bambu atau rotan lonjong dengan ukiran di sisinya. Daun kopi yang sudah direbus di saring menggunakan serat pohon palem lalu dituang ke dalam gelas yang terbuat dari cangkang kelapa dan dicampur dengan gula palem.
Ada juga lukisan-lukisan yang menggambarkan bagaimana kopi pada waktu itu hanya dinikmati kalangan kelas atas namun tidak memberikan upah yang sesuai kepada pekerja Indonesia yang menanamnya.
Di area lainnya pengunjung juga bisa mencium aroma kopi dengan berbagai tingkatan pemanggangan, dari yang ringan, sedang hingga tinggi, serta rempah-rempah yang kerap menjadi campuran untuk menikmati segelas kopi khas Arab seperti kapulaga.
Terdapat juga berbagai model cangkir khas negara Timur Tengah maupun Indonesia dan jenis-jenis teko untuk menyajikan kopi Qahwa yaitu dallah.
Di akhir sesi eksibisi, pengunjung bisa melihat beberapa kebudayaan Indonesia seperti kain batik yang motifnya terinspirasi dari biji kopi dan kebersamaan karya seniman asal Indonesia Yori Noor Aini Atmadi Hartati dan cetakan gambar dari seniman muda Qatar Afraa Saad Mohsen Al Kubaisi.
Pameran ini juga menyoroti inisiatif keberlanjutan yang dipimpin oleh komunitas lokal seperti Rare Earth, sebuah inisiatif yang diperkenalkan oleh Faisal Al Suwaidi yang mendaur ulang ampas kopi menjadi pot tanaman. Kampanye pemasaran dan video pameran ini akan menampilkan para remaja dari komunitas Indonesia di Qatar.
Pameran ini akan berlangsung hingga 17 Februari 2024 di Museum Nasional Qatar, di Doha.