Palu (Antarasulteng.com) - Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas) Kementerian Perindustrian yang berpusat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah, menyelesaikan pelatihan sepekan untuk 32 desainer rotan dari tiga negara yakni Malaysia, Jerman dan Indonesia.
Ketua Pirnas Prof Dr Andi Tanra Tellu dalam acara penutupan pelatihan di ruang pameran Pirnas di KEK Palu, Sabtu, menyebutkan pelatihan ini menghasilkan 30 desain baru, sebagian sudah berwujud asli (siap dipasarkan), sebagian masih setengah jadi dan sebagian lagi masih dalam bentuk draf.
Selain itu, katanya, pelatihan ini menghasilkan lebih banyak variasi desain dibanding pelatihan-pelatihan sebelumnya yang lebih fokus pada produk mebel, bahkan pelatihan ini menelorkan thema baru yang belum pernah muncul dalam pelatihan sebelumnya yakni pemanfaatan limbah.
"Kami akan terus mengembangkan desain-desain baru ini hingga ke skala produksi massal dan hasilnya akan dipamerkan pada Indonesia Furniture Expo (IFEx) di Jakarta tahun 2018," kata Prof Tanra, Guru Besar Universitas Tadulako (Untad) Palu itu.
Selain itu, katanya, hasil-hasil karya original ini akan dilanjutkan dengan mengures hak patennya ke Kemenkumham
Pelatihan ini, kata Andi Tanra Tellu, sudah yang keenam kalinya digelar Pirnas sejak didirikan tiga tahun lalu, dua kali digelar di Kota Palu dan empat kali di luar Provinsi Sulteng masing-masing Cirebun (Jawa Barat), Bandung, Bali, dan Sukoharjo (Jateng).
Sementara itu instruktur Kemenperin Dr Deny Willy Junaedi, MT mengaku bangga dengan hasil pelatihan kali ini karena 50 persen dari desain yang dihasilkan peserta bisa dibuat prototipenya untuk dipamerkan.
Sedangkan Robin J. Kapelt, disainer mebel dari Coeln, Jerman yang menjadi salah seorang peserta pelatihan ini mengaku bangga bisa mengikuti pelatihan karena merupakan hal yang baru bagi dia.
Ia mengaku sebagai salah seorang disainer mebel dan benda-benda seni di negaranya, namun baru kali ini mengikuti pelatihan desain dengan bahan baku rotan, karena yang ia kerjakan selama ini adalah produk berbahan kayu dan tanah liat.
"Sangat menarik dan menyenangkan. Ini adalah awal yang baik bagi saya dan akan saya kembangkan ke depan," kata Robin yang mengaku bahwa produk-produk berbahan baku rotan sangat diminati di negaranya.
Seorang desainer peserta pelatihan menata hasil karya mereka di ruang
pameran Pirnas di KEK Palu, Sabtu (18/11)
Skala industri
Sementara itu Direktur Pengembangan Wilayah Industri I Kementerian Perindustrian Arus Gunawan berharap desain-desain baru ini akan terus dikembangkan hingga pada tahap produksi skala industri.
Ke depan, katanya, Kemenperin akan terus berusaha mengembangkan desain-desain rotan ke skala produksi industri untuk meningkatkan nilai tambah rotan sebagai bahan baku lokal yang tersedia sangat banyak di daerah ini.
"Untuk meningkatkan nilai tambah, desain rotan yang dihasilkan Pirnas memerlukan dukungan sektor produksi untuk meningkatkan ekonomi daerah dan nasional serta kesejahteraan masyarakat mulai dari penyedia bahan baku hingga ke pelaku industri," ujarnya.
Menurut Arus Gunawan, selama tiga tahun lebih berkiprah sebagai pusat inovasi desain rotan, Pirnas telah menghasilkan banyak desain yang prototipenya telah diproduksi secara massal bahkan sudah banyak diekspor, khususnya produk-produk mebel rotan.
Ke depan, kata Arus, Kemenperind akan terus mendorong peningkatan produksi lewat kerja sama dengan pelaku usaha yang bersedia memproduksi desain-desain rotan hasil karya Pirnas.
"Kami tentu juga akan terus menopang Pirnas dengan penyediaan sumber daya manusia yang handal berikut sarana dan fasilitas seperti alat-alat uji untuk menghasilkan produk yang berstandar pasar global," ujarnya.
Foto bersama para desainer rotan peserta pelatihan oleh Pirnas Kemenperind
di KEK Palu,Sabtu (18/11)