Perukyat di Sulteng gagal lihat bulan
Artinya bulan masih berada di bawah ufuk adalah bulan terbenam terlebih dahulu dari matahari
Palu (Antaranews Sulteng) - Pemantauan hilal atau rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadan 1439 Hijriah/2018 Masehi di Sulawesi Tengah tidak membuahkan hasil.
Perukyat dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulteng bersama Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasian Geofosika Kelas 1 Palu yang melakukan pematauan hilal di Desa Marana, Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala, Selasa petang tidak melihat munculnya hilal.
Kepala BMKG Kelas 1 Palu Cahyo Nugroho menjelaskan tidak terlihatnya hilal atau bulan muda disebabkan letak bulan yang masih berada di bawah ufuk.
"Artinya bulan masih berada di bawah ufuk adalah bulan terbenam terlebih dahulu dari matahari," kata Cahyo.
Cahyo menuturkan saat itu bulan terbenam pada pukul 17.56 Wita. Sementara matahari baru terbenam pada pukul 17.59 Wita.
Umumnya kata Cahyo hilal dapat diamati apabila berada paling rendah di atas lima derajat. Meskipun menurut sejumlah ilmuan hilal dapat terlihat di atas dua derajat.
"Walaupun banyak ilmuan yang bilang hilal bisa juga dilihat pada ketinggian dua derajat belum ada satu pun yang bisa melihatnya. Baik dengan menggunakan mata telanjang maupun teleskop," kata dia.
Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teleskop pemantau bulan milik BMKG Kelas 1 Palu itu diikuti puluhan mahasiswa IAIN Palu beserta sejumlah anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulteng.
Cuaca langit saat pemantauan di Sulteng cerah berawan namun tidak menghalangi pandangan para pemantau.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan tidak ada perukyat yang melihat hilal atau bulan baru sehingga awal puasa ditetapkan pada Kamis (17/5).
"Dari pelaku rukyatul hilal yang tersebar 95 titik sampai dengan sidang isbat berlangsung kami terima, 32 pelaku yang melaporkan tidak satupun yang berhasil melihat," kata Lukman dalam jumpa pers Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan para perukyat yang disebar di sejumlah titik strategis di seluruh Indonesia itu telah disumpah.
"Lalu kami mendengarkan kesaksian mereka," kata dia.
Sementara dari aspek hisab atau perhitungan astronomi, Lukman mengatakan bulan tidak mungkin terlihat karena hilal berada di bawah cakrawala.
Sebagaimana laporan Direktur Jenderal Bimas Islam, kata dia, posisi hilal di Indonesia ada pada kisaran minus satu derajat 36 menit sampai nol derajat dua menit.***
Perukyat dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulteng bersama Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasian Geofosika Kelas 1 Palu yang melakukan pematauan hilal di Desa Marana, Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala, Selasa petang tidak melihat munculnya hilal.
Kepala BMKG Kelas 1 Palu Cahyo Nugroho menjelaskan tidak terlihatnya hilal atau bulan muda disebabkan letak bulan yang masih berada di bawah ufuk.
"Artinya bulan masih berada di bawah ufuk adalah bulan terbenam terlebih dahulu dari matahari," kata Cahyo.
Cahyo menuturkan saat itu bulan terbenam pada pukul 17.56 Wita. Sementara matahari baru terbenam pada pukul 17.59 Wita.
Umumnya kata Cahyo hilal dapat diamati apabila berada paling rendah di atas lima derajat. Meskipun menurut sejumlah ilmuan hilal dapat terlihat di atas dua derajat.
"Walaupun banyak ilmuan yang bilang hilal bisa juga dilihat pada ketinggian dua derajat belum ada satu pun yang bisa melihatnya. Baik dengan menggunakan mata telanjang maupun teleskop," kata dia.
Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teleskop pemantau bulan milik BMKG Kelas 1 Palu itu diikuti puluhan mahasiswa IAIN Palu beserta sejumlah anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulteng.
Cuaca langit saat pemantauan di Sulteng cerah berawan namun tidak menghalangi pandangan para pemantau.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan tidak ada perukyat yang melihat hilal atau bulan baru sehingga awal puasa ditetapkan pada Kamis (17/5).
"Dari pelaku rukyatul hilal yang tersebar 95 titik sampai dengan sidang isbat berlangsung kami terima, 32 pelaku yang melaporkan tidak satupun yang berhasil melihat," kata Lukman dalam jumpa pers Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan para perukyat yang disebar di sejumlah titik strategis di seluruh Indonesia itu telah disumpah.
"Lalu kami mendengarkan kesaksian mereka," kata dia.
Sementara dari aspek hisab atau perhitungan astronomi, Lukman mengatakan bulan tidak mungkin terlihat karena hilal berada di bawah cakrawala.
Sebagaimana laporan Direktur Jenderal Bimas Islam, kata dia, posisi hilal di Indonesia ada pada kisaran minus satu derajat 36 menit sampai nol derajat dua menit.***