Anak Berkebutuhan Khusus aset yang berkontribusi positif untuk bangsa

id dp3a,pemprov sulteng

Anak Berkebutuhan Khusus aset yang berkontribusi positif untuk bangsa

Kepala DP3A Sulteng Ihsan Basir menyampaikan materi pada pelatihan peningkatan kapasitas dan kualitas pendamping anak berkebutuhan khusus, yang di gelar oleh OPD tersebut, di Palu, Senin. (Antaranews/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Tengah Ihsan Basir mengatakan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah salah satu aset yang dapat memberikan peran dan kontribusi positif untuk daerah, bangsa dan negara.

"Anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu aset bangsa. Jika anak berkebutuhan khusus diberi akses untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka dapat berperan dan memberikan kontribusi positif," kata Ihsan Basir di Palu, Selasa (16/7).

Ihsan menyebutkan, ABK harus menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah dan semua komponen terkait seperti, LSM dan organisasi masyarakat lainnya yang ada di daerah dan tanah air.

Baca juga: Pemerintah minta pers berpartisipasi akhiri kekerasan berbasis gender

Anak-anak yang berkebutuhan khusus,  juga potensial memiliki kemampuan khusus yang tidak berbeda jauh dengan anak-anak atau manusia normal lainnya, katanya.

Karena itu, sebut dia, dibutuhkan pemberian layanan yang berkualitas kepada anak berkebutuhan khusus, disertai penguatan kapasitas pengasuh/pendamping anak berkebutuhan khusus.

Ia mengaku bahwa DP3A berupaya memenuhi kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus dengan memaksimalkan pelayanan yang berkualitas dengan meningkatkan kapasitas tenaga pendamping ABK.

Upaya meningkatkan kapasitas pendamping ABK dilakukan oleh Pemprov Sulteng lewat Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulteng dengan menggelar pelatihan peningkatan kapasitas dan kualitas pendamping ABK, yang telah digelar di Palu, mulai 15 - 16 Juli 2019.

Baca juga: Kemen-PPPA : Prioritaskan perlindungan perempuan-anak pascabencana

Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah Tahun 2017 bahwa jumlah sekolah luar biasa (SLB) sebanyak 20 sekolah, dengan jumlah murid 1.336, terdiri dari 801 murid/siswa laki-laki dan 535 perempuan.

Ia mengatakan anak berkebutuhan khusus mengalami banyak keterbatasan dalam memanfaatkan fasilitas umum, karena keterbatasan fisik maupun mental mereka.

Hal itu menjadi tantangan bagi pendamping ABK. Karena itu, pengasuh/pendamping ABK memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi di banding mengasuh anak-anak pada umumnya.

Kebutuhan ABK antara lain pendidikan dan pendampingan. Dengan pendidikan di harapkan ABK dapat memperoleh bekal hidup untuk mencapai perkembangan yang optimal," kata Ihsan Basir.

Dia menguraikan, ABK juga memerlukan layanan yang mendukung keberhasilan belajar, melalui program bimbingan dan konseling dari pendamping ABK.

Para pendamping, kata Ihsan, dapat memberikan pendampingan sesuai dengan kebutuhan ABK. Oleh karena itu pendamping yang di tunjuk harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai.

Baca juga: Masyarakat diajak penuhi hak anak dengan stop pernikahan dini