PBB akan beri penghargaan prajurit Indonesia gugur saat tugas
Jakarta (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu ini akan memberikan penghargaan anumerta kepada satu anggota Tentara Nasional Indonesia, Prajurit Satu Exvin Lahansang, karena ia gugur saat menjalani tugas bersama pasukan perdamaian PBB di Kongo (Monusco) pada 2019, demikian pernyataan tertulis lembaga dunia itu yang diterima di Jakarta, Rabu.
Pratu Lahansang merupakan satu dari 83 anggota militer, kepolisian, dan warga sipil yang gugur saat menjalani tugas bersama pasukan perdamaian PBB pada 2019. Mereka akan mendapatkan Dag Hammarskjöld Medal pada upacara Hari Internasional Pemeliharaan Perdamaian yang diperingati tiap tahun pada 29 Mei.
"Lebih dari 3.900 anggota pasukan perdamaian PBB gugur saat bertugas. Kami juga menyampaikan penghargaan kepada 95.000 warga sipil, anggota militer dan kepolisian yang saat ini menjalani tugas sebagai pasukan perdamaian di beberapa negara dunia. Mereka menghadapi tantangan terberat yang pernah ada: memelihara perdamaian dan menjaga keamanan, serta membantu negara-negara menghadapi ancaman pandemi COVID-19," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres lewat pernyataan tertulis.
Dalam upacara peringatan pada Jumat (29/5), Gutteres akan memberi penghormatan kepada seluruh anggota pasukan perdamaian yang gugur dalam tugas sejak 1948.
Indonesia menempati urutan kedelapan negara pengirim prajurit terbanyak ke pasukan perdamaian PBB. Data PBB menunjukkan Indonesia mengirim lebih dari 2.800 prajurit untuk bergabung bersama pasukan perdamaian PBB yang beroperasi di sejumlah daerah konflik, di antaranya Republik Demokratis Kongo, Republik Afrika Tengah, Lebanon, Mali, Sudan, Sudan Selatan, dan wilayah barat Sahara. Dari angka itu, 159 di antaranya merupakan prajurit perempuan.
Baca juga: Indonesia pastikan pasukan perdamaian telah patuhi protokol kesehatan
Saat upacara peringatan Hari Pemeliharaan Perdamaian itu, Guterres juga akan memberikan anugerah Pegiat Gender dari Militer Tahun 2019/2019 Military Gender Advocate of the Year Award kepada prajurit angkatan laut dari Brazil, Komandan Carla Monteiro de Castro Araujo dan Mayor Suwam Gawani asal India. Berbeda dari tahun sebelumnya, pada tahun ini, penghargaan itu diberikan ke dua prajurit perempuan.
Monteiro de Castro Araujo merupakan anggota pasukan perdamaian yang bertugas di Republik Afrika Tengah, sementara Gawani sempat bertugas di Sudan Selatan.
"Penghargaan itu, yang pertama kali diberikan pada 2016, merupakan bentuk pengakuan dan penghormatan kepada dedikasi dan upaya pasukan perdamaian menegakkan prinsip kesetaraan sebagaimana disepakati dalam Resolusi Keamanan PBB No.1325 tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan," terang PBB lewat pernyataan tertulisnya.
Untuk peringatan Hari Pemeliharaan Perdamaian Internasional pada tahun ini, PBB mengangkat tema "Perempuan dalam Pasukan Perdamaian".
"Perempuan seringkali memiliki akses lebih luas untuk menjangkau warga yang kita layani, memungkinkan kami meningkatkan perlindungan ke warga sipil dan memastikan penegakan hak asasi manusia. Meskipun jasanya besar, hanya ada enam persen prajurit militer dan anggota kepolisian perempuan dalam pasukan perdamaian. Oleh karena itu, kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan yang setara di bidang perdamaian dan keamanan," terang Guterres.
Pratu Lahansang merupakan satu dari 83 anggota militer, kepolisian, dan warga sipil yang gugur saat menjalani tugas bersama pasukan perdamaian PBB pada 2019. Mereka akan mendapatkan Dag Hammarskjöld Medal pada upacara Hari Internasional Pemeliharaan Perdamaian yang diperingati tiap tahun pada 29 Mei.
"Lebih dari 3.900 anggota pasukan perdamaian PBB gugur saat bertugas. Kami juga menyampaikan penghargaan kepada 95.000 warga sipil, anggota militer dan kepolisian yang saat ini menjalani tugas sebagai pasukan perdamaian di beberapa negara dunia. Mereka menghadapi tantangan terberat yang pernah ada: memelihara perdamaian dan menjaga keamanan, serta membantu negara-negara menghadapi ancaman pandemi COVID-19," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres lewat pernyataan tertulis.
Dalam upacara peringatan pada Jumat (29/5), Gutteres akan memberi penghormatan kepada seluruh anggota pasukan perdamaian yang gugur dalam tugas sejak 1948.
Indonesia menempati urutan kedelapan negara pengirim prajurit terbanyak ke pasukan perdamaian PBB. Data PBB menunjukkan Indonesia mengirim lebih dari 2.800 prajurit untuk bergabung bersama pasukan perdamaian PBB yang beroperasi di sejumlah daerah konflik, di antaranya Republik Demokratis Kongo, Republik Afrika Tengah, Lebanon, Mali, Sudan, Sudan Selatan, dan wilayah barat Sahara. Dari angka itu, 159 di antaranya merupakan prajurit perempuan.
Baca juga: Indonesia pastikan pasukan perdamaian telah patuhi protokol kesehatan
Saat upacara peringatan Hari Pemeliharaan Perdamaian itu, Guterres juga akan memberikan anugerah Pegiat Gender dari Militer Tahun 2019/2019 Military Gender Advocate of the Year Award kepada prajurit angkatan laut dari Brazil, Komandan Carla Monteiro de Castro Araujo dan Mayor Suwam Gawani asal India. Berbeda dari tahun sebelumnya, pada tahun ini, penghargaan itu diberikan ke dua prajurit perempuan.
Monteiro de Castro Araujo merupakan anggota pasukan perdamaian yang bertugas di Republik Afrika Tengah, sementara Gawani sempat bertugas di Sudan Selatan.
"Penghargaan itu, yang pertama kali diberikan pada 2016, merupakan bentuk pengakuan dan penghormatan kepada dedikasi dan upaya pasukan perdamaian menegakkan prinsip kesetaraan sebagaimana disepakati dalam Resolusi Keamanan PBB No.1325 tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan," terang PBB lewat pernyataan tertulisnya.
Untuk peringatan Hari Pemeliharaan Perdamaian Internasional pada tahun ini, PBB mengangkat tema "Perempuan dalam Pasukan Perdamaian".
"Perempuan seringkali memiliki akses lebih luas untuk menjangkau warga yang kita layani, memungkinkan kami meningkatkan perlindungan ke warga sipil dan memastikan penegakan hak asasi manusia. Meskipun jasanya besar, hanya ada enam persen prajurit militer dan anggota kepolisian perempuan dalam pasukan perdamaian. Oleh karena itu, kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan adanya keterwakilan perempuan yang setara di bidang perdamaian dan keamanan," terang Guterres.