Puluhan orang tewas terinjak-injak saat perayaan agama di Israel
Jerusalem (ANTARA) - Puluhan orang tewas terinjak-injak dalam perayaan api unggun keagamaan di Israel pada Jumat, kata petugas medis, dalam apa yang digambarkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai "bencana besar".
Laporan media awalnya mengatakan bagian dari tempat duduk stadion telah runtuh di acara Lag B'Omer di Gunung Meron di Galilea. Tetapi para pejabat kemudian mengatakan tampaknya korban telah sesak napas atau diinjak-injak.
Puluhan ribu orang Yahudi ultra-Ortodoks berkumpul di makam agamawan bijak abad ke-2 Rabbi Shimon Bar Yochai untuk peringatan tahunan yang mencakup doa dan tarian sepanjang malam.
Perayaan itu dianggap sebagai salah satu pertemuan terbesar orang sejak wabah pandemi virus corona lebih dari setahun yang lalu.
Layanan ambulans Magen David Adom mengatakan 103 orang terluka, termasuk puluhan tewas. Channel 12 TV menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 38. Polisi menutup lokasi tersebut dan memerintahkan orang-orang yang bersuka ria diangkut dengan bus.
Makam itu dianggap sebagai salah satu situs tersuci di dunia Yahudi dan merupakan situs ziarah tahunan.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan adegan kacau ketika pria Ultra-Ortodoks memanjat celah di lembaran besi bergelombang yang robek untuk menghindarkan diri dari situasi berdesakan, ketika polisi dan paramedis mencoba menjangkau yang terluka.
Mayat-mayat tergeletak di atas brankar di koridor, seluruhnya dibungkus kertas timah.
Di Twitter, Netanyahu menyebutnya sebagai "bencana besar" dan menambahkan: "Kami semua berdoa untuk kebaikan para korban."
Pertemuan itu diadakan dengan menafikkan pejabat kesehatan yang khawatir bahwa keramaian dapat menimbulkan risiko COVID-19.
Api unggun yang dinyalakan bukan oleh negara di Gunung Meron dilarang tahun lalu karena pembatasan virus corona, tetapi langkah-langkah penguncian dikurangi tahun ini di tengah program vaksinasi COVID-19 cepat Israel yang telah membuat lebih dari 50% populasi divaksin penuh.
Polisi mengatakan pada Kamis (29/4) bahwa mereka telah menangkap dua orang karena mengganggu upaya petugas untuk menjaga ketertiban di lokasi tersebut.
Sumber: Reuters
Laporan media awalnya mengatakan bagian dari tempat duduk stadion telah runtuh di acara Lag B'Omer di Gunung Meron di Galilea. Tetapi para pejabat kemudian mengatakan tampaknya korban telah sesak napas atau diinjak-injak.
Puluhan ribu orang Yahudi ultra-Ortodoks berkumpul di makam agamawan bijak abad ke-2 Rabbi Shimon Bar Yochai untuk peringatan tahunan yang mencakup doa dan tarian sepanjang malam.
Perayaan itu dianggap sebagai salah satu pertemuan terbesar orang sejak wabah pandemi virus corona lebih dari setahun yang lalu.
Layanan ambulans Magen David Adom mengatakan 103 orang terluka, termasuk puluhan tewas. Channel 12 TV menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 38. Polisi menutup lokasi tersebut dan memerintahkan orang-orang yang bersuka ria diangkut dengan bus.
Makam itu dianggap sebagai salah satu situs tersuci di dunia Yahudi dan merupakan situs ziarah tahunan.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan adegan kacau ketika pria Ultra-Ortodoks memanjat celah di lembaran besi bergelombang yang robek untuk menghindarkan diri dari situasi berdesakan, ketika polisi dan paramedis mencoba menjangkau yang terluka.
Mayat-mayat tergeletak di atas brankar di koridor, seluruhnya dibungkus kertas timah.
Di Twitter, Netanyahu menyebutnya sebagai "bencana besar" dan menambahkan: "Kami semua berdoa untuk kebaikan para korban."
Pertemuan itu diadakan dengan menafikkan pejabat kesehatan yang khawatir bahwa keramaian dapat menimbulkan risiko COVID-19.
Api unggun yang dinyalakan bukan oleh negara di Gunung Meron dilarang tahun lalu karena pembatasan virus corona, tetapi langkah-langkah penguncian dikurangi tahun ini di tengah program vaksinasi COVID-19 cepat Israel yang telah membuat lebih dari 50% populasi divaksin penuh.
Polisi mengatakan pada Kamis (29/4) bahwa mereka telah menangkap dua orang karena mengganggu upaya petugas untuk menjaga ketertiban di lokasi tersebut.
Sumber: Reuters