Palu (Antaranews Sulteng) - Badan Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu membutuhkan dana sekitar Rp8 miliar untuk menangani badan jalan yang amblas di ruas jalan nasional Tomata-Beteleme, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
"Di ruas tersebut terdapat enam titik jalan amblas karena curah hujan yang tinggi sehingga penanganannya diusulkan menggunakan dana bencana alam atau pascabencana yang ada di Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR," kata Kepala BPJN XIV Palu Akhmad Cahyadi usai meninjau ruas jalan nasional Palu-Kendari, Minggu.
Selama lima hari, Kepala BPJN XIV yang membawahi Sulteng dan Sultra itu dengan didampingi para stafnya menyusuri jalan trans Sulawesi dari Kota Palu ke Kendari, Sultra, melintasi Kabupaten Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna, Morowali Utara dan Morowali (Sulteng) serta Kabupaten Konawe Utara, Konawe, Kolaka, Kolaka Utara, Bombana dan Konawe Selatan dengan panjang ruas jalan yang dilintasi sekitar 1.700 kilometer.
Perjalanan ini dimaksudkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) penanganan ruas-ruas jalan nasional da n jembatan-jembatan di dua provinsi itu yang menggunakan dana APBN Kementerian PUPR, baik yang tahun jamak maupun tahun tunggal, proyek rekonstruksi maupun pemeliharaan.
Salah satu ruas yang sedang direkonstruksi menggunakan dana APBN 2015-2018 sebesar Rp280 miliar adalah ruas Tomata-Beteleme yang diharapkan rampung pada September 2018.
Namun pada ruas yang sedang ditangani dua kontraktor yakni PT.Jaya Bersama Makmur dan PT.Tunggal Mandiri Jaya itu, terdapat enam titik badan jalan yang amblas sehingga cukup mengganggu kelancaran arus lalulintas dan penyelesaian fisik proyek.
Baca juga: Peningkatan jalan Tomata-Beteleme terkendala tanah ekspansif (vidio)
Dari enam titik itu, menurut Cahyadi, ada dua titik amblas yang cukup besar di Desa Korowasu, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara dimana setengah dari permukaan badan jalan turun sampai 150 centimeter dengan panjang 200-an meter.
"Ini terjadi karena tingginya curah hujan dan ditambah lagi kondisi tanah di tempat itu adalah tanah ekspansif sehingga penangannya diusulkan dalam program bencana alam menggunakan desain khusus," kata Cahyadi yang didampingi PPK Satker III ruas Tomata-Beteleme Jimmy Adwang.
BPJN XIV, kata Cahyadi, akan mengusulkan penanganan badan jalan amblas ini dengan dana pascabencana alam Ditjen Bina Marga yang ditaksir membutuhkan dana antara Rp8 sampai Rp10 miliar.
Konstruksinya akan menggunakan dinding-dinding penahan longsor lalu ditimbun material dengan menggunakan plastik geomembran untuk meminimalisasi pergerakan tanah saat hujan.
Karena enam titik longsor pada ruas Tomata-Beteleme ini masuk dalam kontrak rekonstruksi yang sedang berjalan dengan anggaran tahun jamak 2015-2018 sebesar Rp280 miliar, maka penanganannya akan dikeluarkan dari kontrak induk namun tidak akan mempengaruhi waktu penyelesaian dan kualitas proyek.
"Penanganannya sesuai kajian teknis, ada `detail enginering`, dan sebelumya ada penyelidikan tanah, dan curah hujan. Jadi dengan menggunakan dana bencana alam atau dana apa saja, kualitasnya adalah standard," ujar Cahyadi lagi.
Baca juga: Longsor jalan Trans Sulawesi Bungku-Kendari tuntas dalam sepekan (vidio)
Sebelumnya PPK Satker III Ruas Tomata-Beteleme, Jimmy Adwang menjelaskan bahwa panjang ruas Tomata-Beteleme yang berada di bawah wewenanganya mencapai 50,9 kilometer, namun sekitar 20 kilometer merupakan tanah ekspansif sehingga cukup banyak badan jalan yang amblas.
Namun demikian, kata Jimmy, seluruh ruas jalan tersebut diharapkan tuntas ditangani termasuk sejumlah jembatan di dalamnya, tuntas ditangani pada 2019 dengan kontruksi lapisan atas aspal hotmix.
Ruas jalan nasional Tomata-Beteleme ini adalah ruas jalan strategis di Sulawesi Tengah karena menghubungkan Kota Palu dengan dua Kabupaten Morowali Utara dan Morowali yang kini merupakan pusat ekonomi penting di Sulteng karena menjadi lokasi pengembangan industri pertambangan nikel dan minyak kelapa sawit.