Menanti jalan mulus di ruas Tomata-Beteleme (vidio)

id BPJN,Tombet,ekspansif

Menanti jalan mulus di ruas Tomata-Beteleme (vidio)

Ruas Tomata Beteleme ini dulu sempit dan berlubang-lubang, sekarang telah diperlebar dengan aspal hotmix yang mulus. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Ruas Tomata-Betelem akan mulus pada 2019 sepanjang 50,9 kilometer
Palu (Antaranews Sulteng) - Jalan beraspal mulus nan lebar di jalur Trans Sulawesi ruas Tomata-Beteleme, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, sudah di pelupuk mata.

Dari 50,9 kilometer panjang jalan nasional di ruas itu, kini tinggal sekitar 12 kilometer yang belum beraspal, sementara selebihnya sudah hampir 100 persennya mulus setelah tiga tahun terakhir digenjot pembangunannya menggunakan dana APBN hampir Rp300 miliar.

Tak hanya jalannya yang mulus, tetapi jembatannya juga diperbaiki. Tiga buah jembatan besar yakni Jembatan Ampere, Jembatan Lembomanente dan Jembatan Tingkeao serta beberapa jembatan kecil dan sedang sudah dan sedang diperbarui seluruhnya.

September 2018, proyek ini sudah selesai dan kontraktornya menyerahkan kepada pemerintah (PHO), selanjutnya melakukan pemeliharaan selama tiga tahun," kata Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu, Akhmad Cahyadi usai meninjau ruas jalan strategis di Sulteng itu.

PT Tunggal Mandiri Jaya (TJM), PT.Multi Graha Istana Makmur dan PT. Jaya Bersama Makmur (JBM) ditugasi merekonstruksi besar-besaran di ruas tersebut sejak 2015.

Ada yang ditangani dengan kontrak tahun jamak (multy years contract-MYC) dan selebihnya dengan kontrak tahunan (single year contract-SYC).

PT TJM dan JBM menangani ruas sepanjang sekitar 24 kilometer atau Paket I sejak September 2015 dengan anggaran Rp280 miliar dan akan PHO September 2018, sementara Paket II, III dan IV yang juga bernilai total seratusan miliar ditangani secara kontrak tahunan oleh rekanan-rekanan tersebut.

Kini, semua bagian jalan yang telah tertangani sudah beraspal beton selebar enam meter dengan bahu jalan dua meter (sisi kiri-kanan). Tebing-tebing jalan dipotong sehingga jarak pandang sangat lebar dan terasa nyaman melintasinya.

Masih tersisa sekitar 14 kilometer yang sedang dan akan ditangani tahun 2018 dan 2019 nanti secara kontrak tahunan (SYC) antara Desa Tomata sampai Ensa, Kecamatan Mori Atas, sehingga akhir 2019, seluruh ruas Tomata-Beteleme sudah mulus, lebar dan nyaman melintasinya.

"Dua atau tiga tahun lalu, lewat di jalan ini bisa menangis orang karena beratnya jalan. Jarak 50 kilometer bisa ditempuh tiga jam, kalau truk bisa lima jam. Sekarang luar biasa, enaknya lewat di jalur ini," kata Amir, salah seorang sopir angkutan umum plat hitam rute Palu-Poso-Beteleme.

Bahkan Bupati Morowali Utara Aptripel Tumimomor mengaku sering menemui mobil truk yang terbalik di tengah jalan atau lumpuh akibat patah as karena jalanan yang berlubang-lubang besar dan sempit.

Ipeh, panggilan akrab Aptripel meminta masyarakat bersabar karena untuk menikmati jalan mulus sepenuhnya di ruas ini, tinggal menunggu setahun lagi.

Bagian jalan yang belum teraspal pun kondisinya saat ini cukup enak dilewati karena pihak BPJN terus melakukan pemeliharaan agar tidak sampai rusak parah.

"Kalau dua tahun lalu, ruas Tombet ini ditempuh sampai tiga jam, kini tinggal 90 menit," ujar Ipeh.
 
Kepala BPJN XIV Palu Akhmad Cahyadi (kanan) meminta penjelasan PPK ruas Tomata Beteleme Jimmi Adwang (kedua kanan) dan para staf kontraktor mengenai kondisi dan rencana penanganan tanah ekspansif saat meninjau proyek itu, Kamis (24/5) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)


Baca juga: Peningkatan jalan Tomata-Beteleme terkendala tanah ekspansif (vidio)

Tanah ekspansif

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PJN XIV ruas Tomata-Beteleme Jimmy Adwang mengemukakan pekerjaan fisik berupa proyek peningkatan jalan nasional Tomata-Beteleme ini terkendala struktur lahan yang ekspansif sehingga beberapa titik mengalami amblas dan perlu penanganan khusus.

"Pada ruas tersebut, ada 21 kilometer yang struktur tanahnya sangat ekspansif sehingga membutuhkan penanganan khusus dengan disain tersendiri guna meminimalisasi pergerakan tanah saat musim hujan," ujarnya.

Tanah ekspansif artinya tanah sangat rentan terhadap perubahan musim, dimana pada musim kemarau, kadar air sangat rendah sedang pada musim hujan kadar airnya menjadi sangat besar sehingga mudah sekali terjadi pergerakan dan amblas karena tanahnya mengembang.

Karena itu, seluruh bagian jalan yang tanahnya ekspansif, ditangani dengan disain khusus menggunakan plastik geomembran.

Badan jalan di situ digali cukup dalam dan tanahnya dibuang, lalu galian itu dipasangi plastik geomembran untuk kemudian ditimbun ulang dengan material khusus yang diambil dari tempat lain.

Namun begitu, kata Jimmy, ada dua titik yang kerusakannya sangat parah akibat musim hujan yang melanda kawasan itu sejak beberapa bulan terakhir.
 
Jembatan Ampere di ruas jalan nasional Tomata Beteleme dikebut pengerjaannya agar selesai pada September 2019. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)


Baca juga: BPJN Palu butuh Rp8 miliar tangani jalan amblas Tomata-Beteleme

Titik itu terletak di Desa Korowasu. Setiap titik, ada sekitar 20-an meter badan jalan turun hingga dua meter.

"Kita sedang usulkan agar pemulihan dua titik amblas yang kondisinya cukup parah ini dilakukan menggunakan dana bencana alam di Kementerian PUPR," ujar Akhmad Cahyadi, Kepala BPJN XIV usai meninjau kondisi jalan pascabencana itu dua pekan lalu.

Titik amblas itu memang masuk dalam ruas yang sedang ditangani secara kontrak tahun jamak oleh PT.TMJ dan JBM, namun karena kondisinya parah dan penyebabnya adalah bencana alam, maka upaya penanmgannya akan dipisahkan dan masuk program pascabencana.

"Kita butuh dana sekitar Rp8 miliar untuk menangani dua titik amblas ini, namun penyelesaiannya tetap akan bersamaan dengan masa akhir kontrak paket multy years contrakct yang sedang berjalan (on going) yakni bulan September 2018," ujarnya.

BPJN XIV memberiokan perhatian khusus terhadap penanganan ruas Tomata-Beteleme karena jalan nasional ini sangat strategis di Sulawesi sebab merupakan urat nadi perekonomian yang menghubungkan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan melintasi Kabupaten Morowali Utara dan Morowali (Sulawesi Tengah).

Kabupaten Morowali Utara dan Morowali saat ini merupakan pusat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah karena menjadi lokasi kawasan industri pertambangan nikel terbesar di Asia yang dikelola PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) serta kawasan pegembangan perkebunan dan industri minyak kelapa sawit terbesar di Sulawesi Tengah.