Warga Sigi mulai kesulitan air bersih di musim kemarau
Sigi (ANTARA) - Warga di beberapa desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih akibat kemarau yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini yang menyebabkan banyak sumur di daerah itu kering.
Agus SP, seorang warga Desa Maranata, Kabupaten Sigi, Sabtu, membenarkan warga mulai kesulitan air bersih karena dampak dari kemarau yang melanda wilayah itu.
Di desanya, kata dia, sebagian besar sumur milik warga kering. Kecuali yang menggunakan sumur suntik atau sumur bor airnya tetap ada. "Tapi kalau sumur gali,semuanya kering," katanya.
Agus yang juga warga korban bencana alam gempa bumi pada 28 September 2018 itu, mengatakan untuk sementara ini, warga mendapatkan pasokan air bersih dari lembaga dan relawan kemanusiaan peduli bencana alam.
"Untung ada relawan kemanusiaan yang setiap hari mengerahkan satu unit mobil tangki air untuk melayani kebutuhan air bersih di desa itu," ujarnya.
Hal senada disampaikan Johan, seorang warga di Desa Jono'Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Ia juga mengaku sumur di rumahnya sudah kering.
Menurut dia, keringnya sumur warga disebabkan usim kemarau yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir ini.
Desa Jono'oge merupakan salah satu desa di Kecamatan Biromaru yang terdampak parah bencana alam gempa bumi dan likuefaksi.
Rata-rata rumah warga di desa itu hancur dan sebagian besar sampai saat ini masih menumpang di rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun oleh pemerintah, BUMN dan lembaga-lembaga kemanusiaan.
Dia menambahkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga mendapatkan pasokan air bersih dari para relawan kemanusiaan antara lain dari Aksi Tanggap Cepat (ACT) dan Wahana Visi Indonesia (WVI).
Pascabencana alam tersebut hingga kini lembaga-lembaga kemanusiaan itu setiap hari mendistribusikan air bersih kepada warga, termasuk warga Desa Jono'oge yang mulai kesulitan air bersih karena sumur kering.
(T.BK03/)
Agus SP, seorang warga Desa Maranata, Kabupaten Sigi, Sabtu, membenarkan warga mulai kesulitan air bersih karena dampak dari kemarau yang melanda wilayah itu.
Di desanya, kata dia, sebagian besar sumur milik warga kering. Kecuali yang menggunakan sumur suntik atau sumur bor airnya tetap ada. "Tapi kalau sumur gali,semuanya kering," katanya.
Agus yang juga warga korban bencana alam gempa bumi pada 28 September 2018 itu, mengatakan untuk sementara ini, warga mendapatkan pasokan air bersih dari lembaga dan relawan kemanusiaan peduli bencana alam.
"Untung ada relawan kemanusiaan yang setiap hari mengerahkan satu unit mobil tangki air untuk melayani kebutuhan air bersih di desa itu," ujarnya.
Hal senada disampaikan Johan, seorang warga di Desa Jono'Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Ia juga mengaku sumur di rumahnya sudah kering.
Menurut dia, keringnya sumur warga disebabkan usim kemarau yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir ini.
Desa Jono'oge merupakan salah satu desa di Kecamatan Biromaru yang terdampak parah bencana alam gempa bumi dan likuefaksi.
Rata-rata rumah warga di desa itu hancur dan sebagian besar sampai saat ini masih menumpang di rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun oleh pemerintah, BUMN dan lembaga-lembaga kemanusiaan.
Dia menambahkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga mendapatkan pasokan air bersih dari para relawan kemanusiaan antara lain dari Aksi Tanggap Cepat (ACT) dan Wahana Visi Indonesia (WVI).
Pascabencana alam tersebut hingga kini lembaga-lembaga kemanusiaan itu setiap hari mendistribusikan air bersih kepada warga, termasuk warga Desa Jono'oge yang mulai kesulitan air bersih karena sumur kering.
(T.BK03/)