"Intensitas curah hujan yang rendah hingga sedang di Kabupaten Banggai Kepulauan mengakibatkan beberapa desa mengalami krisis air bersih," kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng Andi Sembiring di Palu, Jumat.
Sembilan desa alami krisis air bersih di Banggai Kepulauan
Palu (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan sembilan desa di Kabupaten Banggai Kepulauan mengalami krisis air bersih.
"Intensitas curah hujan yang rendah hingga sedang di Kabupaten Banggai Kepulauan mengakibatkan beberapa desa mengalami krisis air bersih," kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng Andi Sembiring di Palu, Jumat.
"Intensitas curah hujan yang rendah hingga sedang di Kabupaten Banggai Kepulauan mengakibatkan beberapa desa mengalami krisis air bersih," kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng Andi Sembiring di Palu, Jumat.
Ia mengemukakan warga kesulitan mendapatkan air untuk minum, memasak maupun kebutuhan sanitasi, khususnya bagi warga yang tinggal di daerah pegunungan, hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia mengatakan krisis air bersih di Banggai Kepulauan terjadi sejak dua bulan terakhir akibat curah hujan rendah yang mengakibatkan sumber mata air berkurang, sehingga warga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
Ia mengatakan sembilan desa terdampak tersebut, yakni Desa Alul, Sosom, dan Toolon di Kecamatan Bulagi dan Desa Momotan, Pipilogot Paipasu, Palabatu Satu, Mangais, Unu, dan Buluni di Kecamatan Bulugi Selatan.
Berdasarkan data sementara BPBD Sulteng, sebanyak 2.662 jiwa atau 1.144 kepala keluarga (KK) terdampak krisis air bersih. Sebanyak 242 KK di Desa Alul, 213 KK di Desa Sosom, 120 KK di Desa Toolon, 84 KK di Desa Momotan, 74 KK di Desa Pipilogot Paipasu, 60 KK di Desa Palabatu Satu , 24 KK di Desa Mangais, 67 KK di Desa Unu, dan 260 KK di Desa Buluni.
Ia mengatakan bahwa Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sulteng saat ini sedang melakukan kajian cepat dan kebutuhan pada wilayah terdampak krisis air bersih.
Pihaknya melakukan koordinasi dengan aparat desa setempat, melakukan survei penampungan air di wilayah terdampak dan survei lokasi pengeboran air di Desa Alul.
Untuk saat ini, kata dia, masyarakat menggunakan air payau untuk kebutuhan mandi dan mencuci pakaian, sedangkan untuk kebutuhan konsumsi warga membeli air bersih serta air hujan yang masih tersisa di penampungan.
"Informasi dari camat dan warga bahwa curah hujan dengan intensitas rendah hingga sedang pada tanggal 2-4 November, sehingga kebutuhan air bersih masih tercukupi untuk satu sampai dua pekan ke depan," ujarnya.
Ia mengatakan TRC BPBD Sulteng dan kabupaten setempat terus mengupayakan pasokan air berkala ke desa-desa terdampak tersebut dengan memanfaatkan sumber air terdekat dari lokasi terdampak.
Sementara itu, tambahan mobil tangki pengangkut air bersih juga menjadi kebutuhan saat ini.