Kelompok Tani Hipetanik Sigi Kembangkan Sayur Organik

id timun

Kelompok Tani Hipetanik Sigi Kembangkan Sayur Organik

PANEN KETIMUN Seorang petani memanen ketimun di Desa Binangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (18/11). Selain dipasarkan kepada para pengepul, ketimun tersebut juga dipasarkan langsung oleh para petani di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Sigi. ANTARASulteng/Mohamad Hamzah/15. ()

Kita sudah menandatangi kontrak pembelian dengan Carefour, salah satu dari sejumlah supermarket yang ada di Palu
Palu, (antarasulteng.com) - Kelompok tani Himpunan Petani Pecinta Organik (Hipetanik) "Unggul Sejati" di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengembangkan sayuran dan buah-buahan organik.

"Usaha ini sudah kami rintis 2014 dan berkembang cukup menggembirakan," kata Ketua Kelompok Tani Hipetanik Sigi Ilham Ari Wibadi di Sigi, Senin.

Ia mengatakan lokasi usaha terletak di UPT Satuan Pemukiman (SP-1) Dusun Bolupontujaya, Desa Sidera, Kecamatan Sigibiromaru.

Luas areal untuk pengembangan sayur dan buah organik sudah mencapai 20 hektare.

Untuk memasarkannya, kata Ilham, tidak sulit karena dekat dengan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng. Bahkan salah satu mall di Kota Palu sudah teken kontrak pembelian dengan kelompok tani yang dipimpinnya itu.

"Kita sudah menandatangi kontrak pembelian dengan Carefour, salah satu dari sejumlah supermarket yang ada di Palu," katanya.

Kontrak pembelian dilakukan selama dua tahun. "Jadi selama dua tahun, semua hasil panen kelompok tani Hipetanik Unggul Sejati dijual ke Carefour," kata dia.

Dia mengaku hingga kini belum mampu memenuhi permintaan pasar.

Permintaan pasar setiap harinya mencapai 1.000 paket sayuran dan buah. "Tapi kami baru mampu melayani 100-200 paket," katanya.

Menurut dia, ke depan, niscaya bisa memenuhi permintaan pasar karena kendala utama selama ini adalah kebutuhan air.

Pasokan air untuk kebuuhan tanaman selama ini sedikit kesulitan, khusus di wilayah SP-1 yang menjadi lokasi pengembangan sayur dan buah organik kelompok tani Hipetanik.

Untuk memenuhi kebutuhan air, petani sedang membangun sumur bor dengan biaya mencapai Rp200 juta, katanya.

Jika pembangunan sumur bor selesai, airnya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan budidaya sayur dan buah-buahan, tetapi juga untuk masyarakat setempat yang selama ini mengalami kesulitan air bersih.