"Masyarakat sekitar kawasan tidak hanya diberdayakan menanam kembali bakau, tetapi mereka juga diberikan akses mengolah hutan lewat program multi usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk peningkatan ekonomi," kata Bustang.
BTNKT gandeng masyarakat pulau jaga kelangsungan hutan bakau Togean
Palu (ANTARA) -
"Masyarakat sekitar kawasan tidak hanya diberdayakan menanam kembali bakau, tetapi mereka juga diberikan akses mengolah hutan lewat program multi usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk peningkatan ekonomi," kata Bustang.
Balai Tanam Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) menggandeng masyarakat pulau dalam rangka menjaga kelangsungan kawasan hutan bakau di Togean, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, sebagai upaya menjaga kelestarian ekosistem laut.
"Menjaga hutan tidak hanya di kawasan konservasi, tetapi di luar kawasan juga kami lakukan, ini bertujuan untuk memperkaya ekosistem alam," kata Kepala BTNKT Bustang yang dihubungi dari Palu, Selasa.
Ia menjelaskan, hutan bakau memiliki banyak fungsi dan manfaat, salah satunya mencegah terjadinya abrasi, karena warga Kepulauan Togean sepenuhnya menggantungkan hidup kepada alam, dalam artinya mata pencaharian mereka sebagai nelayan dan berkebun.
Kebijakan diambil otoritas setempat, tidak hanya mementingkan sisi ekologi, tetapi juga mementingkan mata pencaharian masyarakat setempat dengan catatan tidak merusak ekosistem yang ada.
"Laut dan daratan tempat masyarakat kepuasan menyambung hidup, sehingga kami menggandeng mereka menjaga kelangsungan perairan dan hutan dari aktivitas-aktivitas yang sengaja merusak," ucap Bustang.
Menurut dia, perubahan iklim sangat mempengaruhi kondisi alam, maka tidak ada jalan lain melakukan gerakan pelestarian dan pemulihan hutan bakau yang terdegradasi.
Menurut data BTNKT, penguatan ekosistem hutan bakau sudah menyasar kurang lebih sembilan hektare lahan di luar kawasan konservasi, yang mana penanaman bibit bakau dilakukan oleh masyarakat maupun pemangku kepentingan setempat.
"Kami sudah memberikan bibit bakau kepada masyarakat untuk ditanam di luar kawasan di tiga titik sasaran," ujar Bustang.
Ia memaparkan, tahun 2021 hingga awal 2022 pihaknya telah melakukan pemulihan lima persen atau 17,95 hektare hutan bakau di kawasan konservasi taman nasional mengalami kerusakan akibat perubahan iklim.
Tercatat, luas kawasan hutan bakau di Kepulauan Togean 5.639 hektare, dan kawasan yang masuk dalam pengawasan hanya sekitar 359 hektare lebih.
"Masyarakat sekitar kawasan tidak hanya diberdayakan menanam kembali bakau, tetapi mereka juga diberikan akses mengolah hutan lewat program multi usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk peningkatan ekonomi," kata Bustang.