BPJS Kesehatan Palu pastikan peserta JKN mudah dapatkan layanan cuci darah
Palu (ANTARA) -
Demi memastikan layanan cuci darah (hemodialisa) dapat diakses dengan mudah oleh peserta, BPJS Kesehatan Cabang Palu menggelar kegiatan sambung rasa di Rumah Sakit Undata Palu, Rabu (14/06).
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Palu, H.S. Rumondang Pakpahan menyebut, sambung rasa menjadi momen pemberian informasi dua arah dengan pasien hemodialisa.
“Kami selalu berupaya untuk memberikan kemudahan dan layanan terbaik kepada seluruh peserta Program JKN, salah satunya dengan adanya kebijakan penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas peserta JKN. Jadi peserta termasuk para pasien hemodialisa, cukup menunjukkan KTP ataupun NIK di fasilitas Kesehatan. Selama kepesertaannya aktif, maka akan langsung dilayani,” sebut Rumondang.
Rumondang menerangkan, di wilayah kerja BPJS Kesehatan Cabang Palu, terdapat tiga rumah sakit yang memiliki pelayanan cuci darah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anuntaloko Parigi, RSUD Anutapura Palu dan RSUD Undata Palu dengan total pasien cuci darahnya hingga awal tahun 2023 tercatat sejumlah 494 jiwa.
Disamping itu, pihaknya juga terus mengoptimalkan upaya promotif dan preventif melalui program skrining riwayat kesehatan pada Aplikasi Mobile JKN.
“Skrining ini untuk melihat potensi risiko terhadap empat penyakit yaitu hipertensi, ginjal kronis, diabetes melitus dan jantung koroner yang dilakukan satu kali dalam setahun. Harapannya agar pontensi penyakit dapat terdeteksi sehingga dapat ditangani sejak dini,” ujar Rumondang.
Dia menyampaikan banyak peserta JKN yang berbagi pengalaman serta mengaku sangat terbantu selama menjalani layanan cuci darah. Selain memberikan simpati dan empati, pihaknya juga memberikan edukasi terkait layanan dan kebijakan-kebijakan terbaru dalam pelaksanaan Program JKN.
Salah satu pasien cuci darah yang berbagi cerita kepada BPJS Kesehatan adalah Yesti (37), ia mengaku telah menjalani cuci darah kurang lebih dua tahun karena didiagnosa kista ginjal yang menyebabkan gangguan pada fungsi ginjalnya, sehingga dirinya harus menjalani cuci darah seumur hidup.
Yesti menceritakan, diagnosa tersebut didapatkannya sejak tahun 2021 ketika dirinya berobat ke Kota Makassar. Awalnya gejala yang dirasakan yaitu nyeri pinggang dan urine berwarna gelap.
Menurutnya, sudah sejak lama dia mengalami hal tersebut dan sempat berpikir setelah operasi semua akan kembali normal, namun ternyata Yesti mengalami gagal ginjal stadium dan harus menjalani cuci darah.
“Awalnya saya memutuskan untuk melakukan pengobatan alternatif yang lain. Saya bertahan tidak ingin melakukan cuci darah, namun setelah dua minggu saya terus mengalami muntah hingga tidak sadarkan diri. Dokter kemudian menyampaikan tidak ada jalan lain selain cuci darah. Tidak mudah bagi saya menerima semuanya, hampir depresi. Namun berkat dukungan keluarga dan teman-teman senasib akhirnya saya bisa lebih tegar dan sedikit demi sedikit sudah bisa menerima,” cerita Yesti.
Yesti yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Poso ini terpaksa harus pindah ke Kota Palu karena harus menjalani cuci darah dua kali seminggu di Rumah Sakit Undata Palu. Tindakan cuci darah ternyata tidak seseram yang dia bayangkan.
Yesti juga telah tergabung pada komunitas-komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (PCDI) sehingga dia dapat memperoleh banyak pengetahuan, informasi-informasi terkait gagal ginjal dan bisa berbagi pengalaman dengan pasien lainnya.
“Setelah saya menjalani cuci darah, kondisi saya berangsur pulih dan bisa beraktivitas dengan normal kembali. Bersyukur ada BPJS Kesehatan. Bayangkan saja kalau cuci darah harus dibayar tunai mungkin saya sudah jual rumah untuk biaya cuci darah. Kami pasien cuci darah sangat terbantu dengan program BPJS Kesehatan. Semoga pelayanan BPJS Kesehatan semakin baik dan berlanjut terus, karena saya sebagai pasien cuci darah bergantung pada program ini,” harap Yesti. (tm/nh)