Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah memproduksi sekitar 1 ton pupuk kompos berbahan baku sampah sebagai upaya meminimalisasi dampak lingkungan ditimbulkan oleh sampah.
"Bahan bakunya adalah daun kering hasil angkutan sampah oleh petugas kebersihan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas DLH Parigi Moutong Mispa H Tamabonto di Parigi, Jumat.
"Bahan bakunya adalah daun kering hasil angkutan sampah oleh petugas kebersihan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas DLH Parigi Moutong Mispa H Tamabonto di Parigi, Jumat.
Ia menjelaskan, produksi 1 ton pupuk kompos tersebut hasil olahan komposter sejak Juli hingga Oktober 2023, yang rencananya pupuk organik ini akan diperjualbelikan.
DLH setempat didukung dengan mesin pengolahan dan pengoperasiannya dilakukan secara mandiri oleh sejumlah pegawai di instansi tersebut.
"Daun kering dengan kotoran hewan dan sekam dicampurkan EM4 sebagai bakteri pengurai pada bahan organik. Pengolahannya murni tidak menggunakan bahan kimia," tuturnya.
Ia mengemukakan, saat ini pupuk tersebut juga sedang dipersiapkan menjadi salah satu objek penilaian tambahan untuk Adipura 2023, karena Parigi Moutong salah satu daerah di Sulteng masuk dalam nominasi Adipura.
"Sudah ada sejumlah warga ingin membeli produk kami, tetapi untuk saat ini masih kami tahan karena sedang dipersiapkan untuk penilaian Adipura," ucap Mispa.
Kata dia, saat ini pihaknya sedang melakukan proses pengemasan, pupuk kompos dikemas dalam kemasan plastik ukuran lima kilogram.
Selain memproduksi pupuk organik, DLH setempat juga memiliki bank sampah yang dikelola secara mandiri oleh dinas dengan jumlah nasabah sekitar 300 orang lebih.
"Kami juga memiliki mitra bank sampah unit dikelola masyarakat. Di bank sampah, sampah yang masuk disortir sesuai jenis dan warna, diantaranya plastik, kertas, karton, kardus, botol dan sejenisnya. Hasil tabungan sampah selanjutnya di bawa ke koperasi sampah untuk dijual," demikian Mispa.