Jakarta (ANTARA) -
"Hingga saat ini sudah ada 250.000
toko SRC yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia dan bermitra dengan lebih dari 6.300 toko grosir yang gabung bersama SRC," ujar Romulus sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Ia melanjutkan, SRC memasuki momen penting untuk melanjutkan komitmen dalam mendorong keberlanjutan agar semakin berdampak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
“Kami melihat ekosistem SRC bertransformasi dan berdampak, melalui pemberdayaan dan membangun SDM yang kuat dan solid. Toko kelontong yang bergabung dengan SRC memiliki nilai tambah, yaitu lebih fleksibel dan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan,” ujar Romulus.
Lanjutnya, pembinaan SRCIS terhadap toko SRC telah mendorong peningkatan omzet 42 persen setelah bergabung dengan SRC.
"Sebanyak 77 persen toko SRC berhasil memperluas jenis usahanya, yang bervariasi mulai dari penjualan produk digital, jasa pembayaran, agen, dan aplikasi," ujar Romulus.
Berdasarkan hasil riset KG Media, total omzet seluruh Toko SRC di Indonesia diperkirakan mencapai Rp236 triliun pada 2022, atau setara dengan 11,36 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Retail Nasional (Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda) senilai Rp2.077,43 triliun.
Romulus menjelaskan, dampak yang diciptakan oleh SRC terhadap ekosistem, diantaranya :
1. Aspek kemampuan usaha, terjadi peningkatan kemampuan usaha setelah pembinaan berkelanjutan tentang pengelolaan toko dan manajemen keuangan. Identitas toko yang rapi, bersih, dan terang mencerminkan tempat belanja kebutuhan harian yang nyaman untuk pelanggan.
2. Aspek relasional, anggota SRC menjadi lebih tanggap, tangguh, dan mampu membagikan motivasi, pengetahuan, dan pengalamannya kepada sesama pemilik toko kelontong. Anggota SRC bergabung dalam paguyuban untuk saling berbagi informasi, saling mendukung dan mendorong kemajuan bisnis, serta aktif melaksanakan berbagai kegiatan sosial atas inisiatif paguyuban.
3. Aspek kepercayaan diri, yang mana 92 persen anggota SRC merasakan peningkatan kepercayaan diri dan mampu membuat perubahan, baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sehari-hari, meningkatkan kesejahteraan keluarga, hingga memberi manfaat bagi komunitas di sekitarnya.
Dalam kesempatan sama, Ekonom Senior Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menyebut pendampingan dan pembinaan menjadi penting karena kontribusi dan peran penting UMKM sebagai pilar penting dalam perekonomian Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa 61 persen PDB ekonomi Indonesia disokong oleh aktivitas para pelaku UMKM.
“Apa yang dilakukan SRC harus jadi contoh bagi yang lain dalam pengembangan UMKM, dan bahkan pemerintah dapat menerapkan community based ecosystem ini,” ujar Romulus.