"Penangkaran kura-kura di Kabupaten Sigi merupakan satu-satunya di Provinsi Sulteng," katanya saat mengunjungi lokasi penangkaran satwa endemik itu di Desa Mpanau, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, Senin.
Roem Kono yang didampingi sejumlah anggota DPR RI, Dirjen Perkebunan Bambang dan Asisten II Setdaprov Sulteng, Bunga Elim Somba selama satu jam begitu turun dari pesawat di Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri Palu langsung menuju lokasi penangkaran kura-kura.
Selama sekitar 1,5 jam di lokasi penangkaran, ketua komisi dan rombongan menyaksikan langsung ratusan ekor kura-kura yang ditangkarkan oleh salah seorang warga Indonesia keturunan Tiongkok bernama Halim Lowi.
Setelah mendapat penjelasan dari pemilik penangkaran kura-kura, Ketua Komisi IV DPR, Roem Kono mengatakan pemerintah perlu memberikan apresiasi karena ada orang-orang seperti Halim yang sangat peduli dengan kelestarian satwa.
Menurut dia, sangat jarang untuk mendapatkan orang-orang yang peduli dengan kelestarian alam.
Karena itu, kata dia, orang-orang seperti ini harus diberikan apresiasi dan dorongan agar mereka terus membaktikan dirinya untuk kelestarian kekayaan alam.
"Mari kita dorong terus, dan pemerintah harus memberikan bantuan atau subsidi dana, sebab untuk usaha penangkaran seperti ini, butuh dana cukup besar," kata Reomkono.
Biaya yang dikeluarkan untuk operasional, termasuk untuk pakan kura-kura cukup mahal. Hanya orang-orang yang memiliki kepeduliaan dan kecintaan terhadap satwa mau membangun penangkaran demi kelestarian satwa dimaksud.
Anggota Fraksi Golkar asal Provinsi Gorontalo itu juga meminta kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk membantu memberikan modal kepada pimpinan UD Lestari yang memiliki penangkaran kura-kura agar bisa mengembangkan usaha tersebut.
Baca juga: Petani Sigi minta bantuan alat produksi pertanian
"Saya minta pak Halim bentuk kelompok terdiri dari beberapa orang, lalu kemudian ajukan proposal untuk mendapatkan bantuan dana paling kurang Rp50 juta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk pengembangan usaha penangkaran kura-kura," pinta Roemkono.
Dia meminta pemilik penangkaran kura-kura, Halim Lowi untuk menata kembali lokasi penangkaran dengan baik sehingga bisa menjadi salah satu obyek wisata satwa endemik guna menarik kunjungan wisatawan, termasuk mancanegara.
Selain itu, lokasi ini juga bisa menjadi salah satu pusat pendidikan dan penelitian konservasi, khsususnya satwa kura-kura.
Sementara Halim Lowi, pemilik penangkaran kura-kura yang merupakan satu-satunya di Provinsi Sulteng dan hanya ada di Kabupaten Sigi tersebut mengatakan, di lokasi penangkaran saat ini ada empat jenis kura-kura dan seluruhnya adalah kura-kura endemik di Sulteng.
Penangkaran kura-kura sudah dilakukannya sejak 2012 sesuai dengan surat keputusan Kepala Balai Koservasi Sumber Daya Alam Sulteng Nomor: SK.586/IV. BKSDA.K-26 tanggal 31 Mei 2012.
Berikutnya, jenis kura-kura yang telah ditangkarkan selama ini adalah cuora amboinensis (kura-kura ambon), baning Sulawesi (indotestudo forstenii) yakni kura-kura daun, leucocephalon juwonoi) dan labi-labi (amyda carilaginea).
Sejak dua tahun terakhir ini, kata Halim, pihaknya bekerja sama dengan Universitas Tadulako (Untad) Palu untuk kepentingkan penelitian para mahasiswa.
Bukan hanya mahasiswa saja, tetapi juga para pelajar sering melalukan penelitian di lokasi penangkaran kura-kura yang terletak pada areal seluas sekitar 2.000 m2 itu.