Beras fortivit solusi cegah kasus kekerdilan anak
Palu (ANTARA) - Perum Bulog wilayah Sulawesi Tengah telah resmi memperkenalkan beras jenis fortivit sebagai solusi dan strategi program pemenuhan gizi masyarakat untuk mencegah kasus kekerdilan atau 'stunting'.
"Beras ini memiliki kualitas yang baik dan sangat cocok untuk program pengentasan kasus kekerdilan anak," kata Kepala Perum Bulog Sulteng Miftahul Ulum, di Palu, Rabu.
Beras fortifikasi hasil produksi Bulog itu diolah dari beras lokal hasil panen petani, baik beras merah maupun beras putih dengan keunggulan memiliki sejumlah kandungan vitamin yang dinilai mampu membantu menekan pertumbuhan angka stunting.
Muftahul mengemukakan, produk Bulog tersebut kaya akan vitamin A, B1,B3 dan B6 serta B9 yang sangat baik untuk pertumbuhan anak.
"Beras ini langsung bisa dimasak tidak perlu proses pencucian sebab sudah bersih. Beras ini juga sudah di kemas dalam ukuran 1kilogram," ungkapnya.
Rencananya, Bulog Sulteng akan mengajukan permohonan ke Bulog pusat agar provinsi ini bisa memproduksi sendiri beras protivit yang diolah dari beras lokal milik petani setempat.
"Ada mekanisme pengelolaan dan pemasarannya sesuai standar produksi. Olehnya mengapa kita harus mengajukan terlebih dulu supaya kita diberi izin memproduksi sendiri," kata Muftahul menambahkan.
Menurutnya, Sulteng sangat cocok jika di beri rekomendasi memproduksi beras protivit, sebab daerah ini menjadi salah satu fokus penurunan angka kekerdilan anak oleh pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Dari hasil riset kesehatan dasar pada 2013, prevalensi kasus itu di atas standar nasional, yaitu 37,2 persen, sedangkan prevalensi balita kekerdilan karena kekurangan gizi hingga 2017 mencapai 30 persen. Angkat itu masih lebih tinggi daripada target rata-rata nasional, yakni 28 persen.
Selain solusi pencegahan kekerdilan, Bulog sebagai salah satu BUMN yang di percayakan oleh pemerintah menyediakan dan menyalurkan beras kepada masyarakat tetap menjaga pasokan beras serta bahan kebutuhan pokok beras serta sejumlah komoditas lain.
"Beras ini memiliki kualitas yang baik dan sangat cocok untuk program pengentasan kasus kekerdilan anak," kata Kepala Perum Bulog Sulteng Miftahul Ulum, di Palu, Rabu.
Beras fortifikasi hasil produksi Bulog itu diolah dari beras lokal hasil panen petani, baik beras merah maupun beras putih dengan keunggulan memiliki sejumlah kandungan vitamin yang dinilai mampu membantu menekan pertumbuhan angka stunting.
Muftahul mengemukakan, produk Bulog tersebut kaya akan vitamin A, B1,B3 dan B6 serta B9 yang sangat baik untuk pertumbuhan anak.
"Beras ini langsung bisa dimasak tidak perlu proses pencucian sebab sudah bersih. Beras ini juga sudah di kemas dalam ukuran 1kilogram," ungkapnya.
Rencananya, Bulog Sulteng akan mengajukan permohonan ke Bulog pusat agar provinsi ini bisa memproduksi sendiri beras protivit yang diolah dari beras lokal milik petani setempat.
"Ada mekanisme pengelolaan dan pemasarannya sesuai standar produksi. Olehnya mengapa kita harus mengajukan terlebih dulu supaya kita diberi izin memproduksi sendiri," kata Muftahul menambahkan.
Menurutnya, Sulteng sangat cocok jika di beri rekomendasi memproduksi beras protivit, sebab daerah ini menjadi salah satu fokus penurunan angka kekerdilan anak oleh pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Dari hasil riset kesehatan dasar pada 2013, prevalensi kasus itu di atas standar nasional, yaitu 37,2 persen, sedangkan prevalensi balita kekerdilan karena kekurangan gizi hingga 2017 mencapai 30 persen. Angkat itu masih lebih tinggi daripada target rata-rata nasional, yakni 28 persen.
Selain solusi pencegahan kekerdilan, Bulog sebagai salah satu BUMN yang di percayakan oleh pemerintah menyediakan dan menyalurkan beras kepada masyarakat tetap menjaga pasokan beras serta bahan kebutuhan pokok beras serta sejumlah komoditas lain.