Jubir Reisa: Penerima vaksin COVID-19 jangan takabur
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah Reisa Broto Asmoro mengimbau masyarakat penerima vaksin COVID-19 untuk tidak takabur di tengah penurunan kasus aktif harian dalam sepekan terakhir di Indonesia.
"Jangan lengah, jangan karena sudah divaksin, kasus sudah turun, peraturan kantor dan pariwisata sudah dilonggarkan, kita malah jadi takabur," katanya, saat memberikan keterangan kepada wartawan secara daring yang disiarkan Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.
Reisa mengatakan pekan lalu Indonesia pernah mencatatkan kasus aktif di bawah 100 ribu, angka pasien sembuh per hari makin lama makin banyak daripada yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Situasi itu patut untuk disyukuri dengan berperilaku lebih patuh pada protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah, melalui menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker (3M), kata Reisa.
Alasannya, vaksinasi COVID-19 tidak secara penuh memberikan kekebalan kepada manusia dari ancaman penularan COVID-19, namun efektif meminimalkan tingkat kesakitan saat terpapar SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Hingga Minggu (25/4), kata Reisa, lebih dari 18,5 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 11,7 juta orang dari kelompok tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan lansia. Lebih dari 16,9 persen sudah mendapatkan dosis kedua.
Namun Reisa menyoroti tingkat kepesertaan kelompok lansia dalam program vaksinasi COVID-19 yang relatif rendah.
"Dari 21 juta lansia yang berhak menerima vaksin, baru lebih dari 11 persen yang sudah divaksin. Masih banyak yang belum menerima hak mereka," ujarnya.
Bagi lansia yang masih ragu dengan vaksin karena menderita penyakit bawaan, kata Reisa, disarankan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk diberikan tips khusus agar bisa mengendalikan penyakit penyertanya. "Sehingga dapat lolos screening pemeriksaan kesehatan sebelum divaksinasi," katanya.
Reisa juga mengingatkan lansia untuk tetap mengonsumsi obat yang disarankan dokter. Sebab menerima vaksin COVID-19 tidak berarti menghentikan pengobatan rutin.
"Bagi mereka yang tidak nyaman pergi sendiri ke pos vaksinasi, hubungi anak dan sanak saudara, mintalah kesediaan mereka untuk mengantar dan menemani. Bukan saja mereka menggunakan kesempatan ini untuk berbakti pada orang tua, tapi mereka juga dapat divaksin juga. Semua anak muda yang mengantar paling tidak dua lansia akan dapat divaksin di sentra vaksinasi yang disediakan pemerintah," katanya.
"Jangan lengah, jangan karena sudah divaksin, kasus sudah turun, peraturan kantor dan pariwisata sudah dilonggarkan, kita malah jadi takabur," katanya, saat memberikan keterangan kepada wartawan secara daring yang disiarkan Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.
Reisa mengatakan pekan lalu Indonesia pernah mencatatkan kasus aktif di bawah 100 ribu, angka pasien sembuh per hari makin lama makin banyak daripada yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Situasi itu patut untuk disyukuri dengan berperilaku lebih patuh pada protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah, melalui menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker (3M), kata Reisa.
Alasannya, vaksinasi COVID-19 tidak secara penuh memberikan kekebalan kepada manusia dari ancaman penularan COVID-19, namun efektif meminimalkan tingkat kesakitan saat terpapar SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Hingga Minggu (25/4), kata Reisa, lebih dari 18,5 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 11,7 juta orang dari kelompok tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan lansia. Lebih dari 16,9 persen sudah mendapatkan dosis kedua.
Namun Reisa menyoroti tingkat kepesertaan kelompok lansia dalam program vaksinasi COVID-19 yang relatif rendah.
"Dari 21 juta lansia yang berhak menerima vaksin, baru lebih dari 11 persen yang sudah divaksin. Masih banyak yang belum menerima hak mereka," ujarnya.
Bagi lansia yang masih ragu dengan vaksin karena menderita penyakit bawaan, kata Reisa, disarankan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk diberikan tips khusus agar bisa mengendalikan penyakit penyertanya. "Sehingga dapat lolos screening pemeriksaan kesehatan sebelum divaksinasi," katanya.
Reisa juga mengingatkan lansia untuk tetap mengonsumsi obat yang disarankan dokter. Sebab menerima vaksin COVID-19 tidak berarti menghentikan pengobatan rutin.
"Bagi mereka yang tidak nyaman pergi sendiri ke pos vaksinasi, hubungi anak dan sanak saudara, mintalah kesediaan mereka untuk mengantar dan menemani. Bukan saja mereka menggunakan kesempatan ini untuk berbakti pada orang tua, tapi mereka juga dapat divaksin juga. Semua anak muda yang mengantar paling tidak dua lansia akan dapat divaksin di sentra vaksinasi yang disediakan pemerintah," katanya.