Tien manfaatkan JKN untuk berobat hipertensi

id JKN, layanan JKN, layanan BPJS, BPJS kesehatan, Sulteng, Rumondang Pakpahan

Tien manfaatkan JKN untuk berobat hipertensi

Tien, salah seorang peserta JKN mengaku puas dengan pelayanan BPJS Kesehatan. (ANTARA/HO-BPJS Kesehatan cabang Palu)

Sigi (ANTARA) -
Tien (55), seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), secara rutin menggunakan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk mengelola hipertensi yang ia alami. 


 


Sebagai Peserta JKN dari Segmen Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN), ia sering berkunjung ke Puskesmas Biromaru untuk memeriksa tekanan darah dan mendapatkan obat-obatan yang diperlukan. Menurut Tien, kehadiran JKN sangat membantu dalam mengatasi beban biaya pengobatan yang biasanya tinggi.


 


“Waktu pertama kali tahu saya hipertensi, saya merasa sangat terkejut. Kepala sering pusing, badan lemas, dan akhirnya saya memutuskan untuk periksa di puskesmas. Ternyata, tekanan darah saya sudah mencapai 160/100 mmHg. Dari situ, dokter menjelaskan bahwa saya sudah masuk hipertensi grade 2 dan harus segera kontrol rutin,” ceritanya saat ditemui pada Selasa (29/10).


 


Hipertensi adalah kondisi yang memerlukan penanganan berkelanjutan. Penyebab hipertensi sebenarnya tidak diketahui secara pasti, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Beberapa penyebab yang sering terjadi meliputi pola makan yang tidak sehat, termasuk konsumsi makanan cepat saji, makanan tinggi lemak jenuh, dan makanan tinggi garam. 


 


Selain itu, kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein, tidak rutin berolahraga, serta mengalami kelebihan berat badan juga menjadi faktor risiko. Tien menambahkan, sebelum mengikuti saran dokter, ia tidak menyadari pentingnya menjaga tekanan darah agar tetap stabil. Selain rutin mengonsumsi obat, ia juga mengubah gaya hidupnya.


 


“Setiap pagi saya usahakan untuk berolahraga ringan, seperti jalan kaki keliling kompleks. Saya juga mulai mengurangi makanan asin dan memperbanyak sayur. Petugas puskesmas selalu mengingatkan agar saya menjaga pola makan dan tidur yang cukup, karena kedua hal itu sangat mempengaruhi kesehatan,” tambahnya.


 


Dia merasa sangat terbantu dengan adanya JKN, terutama karena pengobatan hipertensi adalah komitmen jangka panjang. Setiap kali berkunjung ke Puskesmas Biromaru, ia mendapatkan pemeriksaan gratis dan obat-obatan yang diperlukan tanpa biaya tambahan.


 


“Kalau bukan karena JKN, pasti sulit untuk saya membeli obat setiap bulan. Saya perlu obat untuk menurunkan tekanan darah, dan tanpa program ini, biaya kontrol bisa sangat berat. Dengan JKN, semua pengobatan jadi lebih terjangkau dan saya merasa lebih tenang,” ungkapnya dengan penuh rasa syukur.


 


Selain manfaat finansial, Tien juga memuji pelayanan di Puskesmas Biromaru. Ia merasa bahwa para tenaga medis selalu ramah dan telaten dalam memberikan penanganan, serta sering memberikan motivasi agar ia tidak putus asa menjalani pengobatan.


 


“Pelayanan di puskesmas sangat baik. Dokternya selalu mendengarkan keluhan saya dan memberikan penjelasan yang jelas tentang kondisi saya. Mereka juga mengingatkan bahwa meskipun tekanan darah sudah turun, pengobatan harus tetap dilanjutkan agar tidak kambuh,” ujarnya.


 


Lebih jauh, Tien menekankan pentingnya pemeriksaan rutin. Ia menyebutkan beberapa gejala hipertensi yang dapat dirasakan jika tidak segera diobati, seperti sakit kepala, sesak napas, gelisah, pandangan kabur, mual, muntah, dan kelelahan. 


 


“Saya sangat menyarankan kepada semua orang untuk memeriksakan diri secara rutin. Jangan sampai sudah ada gejala yang parah baru mau berobat,” katanya.


 


Dia berharap pengalaman yang ia bagikan bisa mendorong masyarakat lain untuk lebih peduli pada kesehatan dan memanfaatkan program JKN. Menurutnya, banyak orang masih menyepelekan pemeriksaan kesehatan rutin, padahal hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak terkontrol.


 


“Saya selalu bilang ke teman-teman dan keluarga untuk cek kesehatan secara rutin. Dengan JKN, kita bisa kontrol kesehatan tanpa khawatir soal biaya. Hidup sehat itu penting, dan lebih baik mencegah daripada mengobati,” tutupnya. (tm/aq)