"Selama berjuang melawan kanker, beliau sangat sabar dan ikhlas, bahkan masih menyempatkan diri melayani masyarakat dengan memberi informasi tentang kebencanaan. Sebuah dedikasi yang luar biasa dari seorang abdi negara," kata Gubernur Ganjar saat dihubungi dari Semarang, Minggu malam.
Sebagai gubernur, sahabat, sesama penggiat kebencanaan, dan Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Ganjar mendoakan almarhum husnul khotimah.
Ganjar mengaku terakhir kali bertemu dengan Sutopo pada acara Mata Najwa On Stage di alun-alun Kabupaten Boyolali akhir Februari 2019.
Pada saat itu, lanjut Ganjar, Sutopo bercerita banyak tentang keluarganya dengan candaan yang ceria meski dalam kondisi sakit.
"Keluarganya dikenalkan satu persatu, kebetulan istri beliau itu adik kelas saya di Fakultas Hukum UGM. Orang tuanya sangat bangga atas pencapaian dirinya, beliau juga sempat ngevlog bersama anaknya yang kuliah di Undip dengan sedikit ngeledek saya," ujarnya.
Baca juga : "Sang Penyampai Informasi Bencana" telah berpulang
IPB: Kepergian Sutopo bawa duka bagi keluarga besar alumni
Gubernur Ganjar mengaku salut dengan sosok Sutopo karena meski dalam kondisi sakit, selalu menyempatkan diri melayani masyarakat dengan memberi informasi soal kebencanaan.
"Seabrek prestasi tetap tidak membuatnya tinggi hati. Kerendahan hatinya sepertinya terbentuk sejak kuliah karena Mas Topo salah satu mahasiswa berprestasi dari Fakultas Geografi UGM, berasal dari keluarga sederhana tidak membikin lemah semangat justru menjadi pemacu sampai menyandang gelar akademis tertinggi doktor. Selamat jalan friend," kata Ganjar.
Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Rumah Sakit Kanker Modern St Stamford, Guangzhou, China, Minggu pukul 02.20 waktu Guangzhou. Ia meninggal dunia pada usia 49 tahun.
Setelah tiba di Tanah Air, jenazah Sutopo disemayamkan di rumah duka di Perumahan Raffles Hills, Cibubur, Kota Depok, Jawa Barat. Jenazahnya kemudian akan diberangkatkan ke Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7) pagi, untuk dimakamkan.