Kokohnya Masjid Jami di Kota Palu yang dibangun tokoh mualaf

id masjidjami, masjidtertua, kotapalu, sulawesitengah, islam

Kokohnya Masjid Jami di Kota Palu  yang dibangun tokoh mualaf

Bangunan Masjid Jami yang berlokasi di Jalan Wahid Hasim, Kecamatan Palu Barat ini merupakan masjid tertua di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang dibangun oleh salah seorang tokoh mualaf di Kelurahan Baru bernama H Borahima. (ANTARA/Kristina Natalia)

Kota Palu (ANTARA) - Masjid Jami menjadi masjid tertua di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang dibangun oleh salah seorang tokoh mualaf di Kelurahan Baru bernama H Borahima.

Menurut Ketua Badan Pengurus Masjid Hardi, masjid yang berlokasi di Jalan Wahid Hasim, Kecamatan Palu Barat, ini dibangun setelah masuknya agama Islam pertama di Kota Palu pada abad ke 17.

Syekh Abdullah Raqi merupakan ulama asal Minangkabau, Sumatera Barat, yang menyebarkan Islam di Kota Palu. “Masjid Jami ini masih sangat kokoh,” tutur Hardi ditemui di Palu, Ahad.

Kata Hardi Masjid Jami dibangun tahun 1812 oleh salah orang mualaf di Kelurahan Baru bernama H Borahima. Awalnya, Masjid Jami dibangun dengan dinding papan beratapkan daun rumbia.



“Masih ada foto-foto bangunan Masjid Jami dan badan pengurus masjid pertama tahun 1953,” cerita Hardi.

Tahun 1930 Masjid Jami pertama kali dilakukan renovasi bangunan dengan menambah luas dan tinggi bangunan namun tidak mengubah model awal masjid.

Kemudian dilanjutkan renovasi lagi pada tahun 1953, berlanjut tahun 1968 dan tahun 1992 dengan menambah bangunan menara setinggi 30 meter pada tahun 2004.

“Dijadikan dua tingkat karena banyak jamaah yang shalat di sini, dinding diganti tembok karena kayu di bangunan awal sudah lapuk,” tuturnya.

Dia mengatakan saat dilakukan renovasi pihak pengurus masjid tidak mengubah bentuk ventilasi udara dan jendela yang merupakan ciri khas masjid tersebut.

Dengan luas bangunan saat ini, maka Masjid Jami mampu menampung hingga 2.000 jamaah.

“Alhamdulillah, masjid ini selalu ramai dan mampu menampung banyak jamaah,” ujarnya.

Hingga saat ini, di dalam masjid tersebut terdapat mimbar yang terbuat dari kayu yang ada sejak awal berdirinya Masjid Jami dan digunakan oleh imam pertama.

“Mimbar dicat warna putih dan kuning emas. Masih sangat terawat bahkan digunakan sampai sekarang,” ucapnya.

Masjid Jami mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena statusnya sebagai cagar budaya. Pada bencana 28 September 2018 lalu masjid ini tidak mengalami kerusakan bangunan.

“Menaranya saja sedikit miring karena tekstur tanah yang berubah,” katanya.

Uniknya di sekitar Masjid Jami terdapat makam-makam tua yang jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan.

Hardi mengungkapkan bahwa makan tersebut merupakan makam pendiri Masjid Jami, H Borahima beserta isteri dan keluarganya.

“Ada juga makam orang-orang yang berperan membangun Masjid Jami. Makam itu mendapat perawatan khusus dari pengurus,” ucapnya.*