Basarnas berdayakan masyarakat Kota Palu bidang pencarian dan pertolongan
Palu (ANTARA) - Badan SAR Nasional (Basarnas) memberdayakan masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pada bidang pencarian dan pertolongan sebagai bagian dari penguatan mitigasi terhadap risiko bencana.
"Kami ingin tercipta kemandirian masyarakat dalam menghadapi kondisi kedaruratan seiring dengan meningkatnya frekuensi dan kompleksitas bencana alam serta perubahan iklim yang terjadi saat ini," kata Direktur Bina Potensi Basarnas Mochamad Hernanto saat menghadiri kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pencarian dan pertolongan berlangsung di kota Palu, Jumat.
Menurutnya, masyarakat merupakan sumber daya pertama yang tersedia dalam kondisi darurat dan mampu memberikan tanggapan cepat sebelum bantuan tiba.
Potensi masyarakat dapat dimaksimalkan dalam menyelamatkan nyawa maupun mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bencana dan kondisi darurat lainnya.
"Pengetahuan dasar pencarian dan pertolongan atau SAR perlu dimiliki setiap individu, ini di maksudkan bila sewaktu-waktu terjadi situasi darurat atau kondisi membahayakan keselamatan manusia bisa melakukan tindakan penyelamatan yang responsif," ujarnya.
Kegiatan yang diinisiasi Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan (Kansar) Palu melibatkan 57 orang warga Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantokulore dengan instruktur lima orang dari Kansar Palu di dampingi lima orang tim dari Basarnas Pusat.
Materi pelatihan diberikan kepada peserta yakni medical first responder, teknik evakuasi dan simulasi pertolongan membahayakan keselamatan manusia.
"Kami berharap melalui kegiatan ini terbentuk sumber daya manusia (SDM) potensial dalam membantu tugas-tugas SAR, paling tidak di lingkungan masing-masing bila terjadi kondisi membahayakan keselamatan jiwa," ucap Hernanto
Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palu Muhammad Rizal mengatakan, Kota Palu salah satu daerah di Sulteng masuk dalam kategori rawan bencana alam, maka pemberdayaan di bidang pencarian dan pertolongan dianggap penting.
Selain itu, kegiatan ini juga dipandang sebagai aksi gotong royong yang dapat menjadi pondasi utama dalam membangun kota yang lebih aman, tangguh, dan responsif terhadap berbagai potensi bencana.
"Bencana alam tidak dapat di prediksi, maka kesiapsiagaan atau mitigasi menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak ditimbulkan," ujarnya.
"Kami ingin tercipta kemandirian masyarakat dalam menghadapi kondisi kedaruratan seiring dengan meningkatnya frekuensi dan kompleksitas bencana alam serta perubahan iklim yang terjadi saat ini," kata Direktur Bina Potensi Basarnas Mochamad Hernanto saat menghadiri kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pencarian dan pertolongan berlangsung di kota Palu, Jumat.
Menurutnya, masyarakat merupakan sumber daya pertama yang tersedia dalam kondisi darurat dan mampu memberikan tanggapan cepat sebelum bantuan tiba.
Potensi masyarakat dapat dimaksimalkan dalam menyelamatkan nyawa maupun mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bencana dan kondisi darurat lainnya.
"Pengetahuan dasar pencarian dan pertolongan atau SAR perlu dimiliki setiap individu, ini di maksudkan bila sewaktu-waktu terjadi situasi darurat atau kondisi membahayakan keselamatan manusia bisa melakukan tindakan penyelamatan yang responsif," ujarnya.
Kegiatan yang diinisiasi Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan (Kansar) Palu melibatkan 57 orang warga Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantokulore dengan instruktur lima orang dari Kansar Palu di dampingi lima orang tim dari Basarnas Pusat.
Materi pelatihan diberikan kepada peserta yakni medical first responder, teknik evakuasi dan simulasi pertolongan membahayakan keselamatan manusia.
"Kami berharap melalui kegiatan ini terbentuk sumber daya manusia (SDM) potensial dalam membantu tugas-tugas SAR, paling tidak di lingkungan masing-masing bila terjadi kondisi membahayakan keselamatan jiwa," ucap Hernanto
Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palu Muhammad Rizal mengatakan, Kota Palu salah satu daerah di Sulteng masuk dalam kategori rawan bencana alam, maka pemberdayaan di bidang pencarian dan pertolongan dianggap penting.
Selain itu, kegiatan ini juga dipandang sebagai aksi gotong royong yang dapat menjadi pondasi utama dalam membangun kota yang lebih aman, tangguh, dan responsif terhadap berbagai potensi bencana.
"Bencana alam tidak dapat di prediksi, maka kesiapsiagaan atau mitigasi menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak ditimbulkan," ujarnya.