Buku "Panggil Saya Mas Yos" diluncurkan pada Hari Radio Nasional
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan peluncuran buku berjudul "Panggil Saya Mas Yos" pada Rabu, bertepatan dengan peringatan Hari Radio Nasional.
Sandiaga menuturkan bahwa buku ini mengabadikan perjalanan hidup Komodor Muda (Purn) R. Suyoso Karsono, yang akrab dipanggil Mas Yos, seorang tokoh kunci dalam sejarah industri rekaman dan radio di Indonesia.
"Mas Yos adalah tokoh kunci dalam sejarah industri musik rekaman dan radio di Indonesia. Sebuah catatan penting yang ditorehkan di dalam buku tentang kepeloporan industri ekonomi kreatif dalam bidang musik rekaman dan radio yang kita kenal saat ini," katanya dalam acara peluncuran buku di Jakarta, Rabu.
Selain menjadi sumber pengetahuan, dia berharap buku "Panggil Saya Mas Yos" bisa menginspirasi para pembaca, khususnya generasi muda, serta menarik mereka ke dunia musik dan radio.
Dia juga mengemukakan perlunya strategi adaptasi agar industri rekaman dan radio bisa terus bertahan dan tetap relevan.
"Tidak hanya bertahan dan relevan dengan zaman, bahkan maju berkembang dengan bentuk baru di era digital dan AI ini dengan baik," katanya.
Buku "Panggil Saya Mas Yos" antara lain menceritakan peran Mas Yos dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris di Indonesia.
Mas Yos juga mendirikan dua stasiun radio swasta pertama yang berperan dalam penyebaran informasi dan pengetahuan di Indonesia, yaitu Radio Elshinta (AM) dan Radio Suara Irama Indah (FM Stereo).
Elshinta Suyoso selaku wakil keluarga Mas Yos menyampaikan bahwa menghadirkan secara utuh gambaran tentang kiprah ayahnya dalam industri musik rekaman dan radio di Indonesia ke dalam buku bukan hal yang mudah.
"Karena bisa dicatat dari mana kita mau melihatnya tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Itulah sebabnya dilakukan wawancara dengan mereka para penyanyi, musisi, dan pengamat sebagai narasumber kunci seperti yang ditemui dalam rangkaian bab di dalam buku," katanya.
Elshinta berharap buku "Panggil Saya Mas Yos" dapat menjadi sumbangsih berharga bagi industri musik rekaman dan radio serta memperkaya wawasan khalayak tentang sejarah industri musik dan radio di Indonesia.
"'Panggil Saya Mas Yos' menandai tonggak sejarah, mengenang bagaimana Mas Yos membuka jalan bagi para pelaku seni musik berbakat dan para praktisi media, khususnya rekaman dan radio, dari era analog hingga ke era digital saat ini," katanya.
Sandiaga menuturkan bahwa buku ini mengabadikan perjalanan hidup Komodor Muda (Purn) R. Suyoso Karsono, yang akrab dipanggil Mas Yos, seorang tokoh kunci dalam sejarah industri rekaman dan radio di Indonesia.
"Mas Yos adalah tokoh kunci dalam sejarah industri musik rekaman dan radio di Indonesia. Sebuah catatan penting yang ditorehkan di dalam buku tentang kepeloporan industri ekonomi kreatif dalam bidang musik rekaman dan radio yang kita kenal saat ini," katanya dalam acara peluncuran buku di Jakarta, Rabu.
Selain menjadi sumber pengetahuan, dia berharap buku "Panggil Saya Mas Yos" bisa menginspirasi para pembaca, khususnya generasi muda, serta menarik mereka ke dunia musik dan radio.
Dia juga mengemukakan perlunya strategi adaptasi agar industri rekaman dan radio bisa terus bertahan dan tetap relevan.
"Tidak hanya bertahan dan relevan dengan zaman, bahkan maju berkembang dengan bentuk baru di era digital dan AI ini dengan baik," katanya.
Buku "Panggil Saya Mas Yos" antara lain menceritakan peran Mas Yos dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris di Indonesia.
Mas Yos juga mendirikan dua stasiun radio swasta pertama yang berperan dalam penyebaran informasi dan pengetahuan di Indonesia, yaitu Radio Elshinta (AM) dan Radio Suara Irama Indah (FM Stereo).
Elshinta Suyoso selaku wakil keluarga Mas Yos menyampaikan bahwa menghadirkan secara utuh gambaran tentang kiprah ayahnya dalam industri musik rekaman dan radio di Indonesia ke dalam buku bukan hal yang mudah.
"Karena bisa dicatat dari mana kita mau melihatnya tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Itulah sebabnya dilakukan wawancara dengan mereka para penyanyi, musisi, dan pengamat sebagai narasumber kunci seperti yang ditemui dalam rangkaian bab di dalam buku," katanya.
Elshinta berharap buku "Panggil Saya Mas Yos" dapat menjadi sumbangsih berharga bagi industri musik rekaman dan radio serta memperkaya wawasan khalayak tentang sejarah industri musik dan radio di Indonesia.
"'Panggil Saya Mas Yos' menandai tonggak sejarah, mengenang bagaimana Mas Yos membuka jalan bagi para pelaku seni musik berbakat dan para praktisi media, khususnya rekaman dan radio, dari era analog hingga ke era digital saat ini," katanya.