"Kegiatan ini menjadi sebuah momentum yang sangat berharga bagi semua pihak untuk mempertahankan dan melestarikan warisan budaya di tengah derasnya arus globalisasi," kata Asisten bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Palu Usman di Palu, Sabtu.
Ia mengatakan dengan mengusung tema 'eksistensi kearifan lokal terhadap pengaruh globalisasi', Festival Ngata Topodoka ini bukan sekadar ajang seni dan budaya, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun kebanggaan dan kecintaan terhadap warisan budaya.
Festival ini, kata dia, tidak hanya mencerminkan pentingnya mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya, tetapi juga mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal.
Menurut dia, globalisasi menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi membuka kesempatan untuk saling terhubung dengan dunia internasional, memperluas wawasan, serta meningkatkan daya saing.
Namun di sisi lain, kata dia, globalisasi juga dapat menggerus identitas budaya dan mengikis nilai-nilai lokal yang sudah tertanam kuat di tengah masyarakat.
"Melalui Festival Ngata Topodoka ini, kita diajak untuk merayakan kekayaan budaya, memperkenalkan adat, tradisi, seni, serta nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda dan masyarakat luas," ujarnya.
Ia mengatakan festival ini menunjukkan bahwa kearifan lokal yang dimiliki tidak hanya sekadar adat istiadat, tetapi juga merupakan aset penting dalam menjaga jati diri serta ketahanan sosial masyarakat Palu di tengah perubahan zaman.
Ia mengharapkan kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk terus melestarikan budaya dan kearifan lokal, serta mendorong generasi muda agar senantiasa mencintai dan mengembangkan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur.