Palu (ANTARA) - Badan Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) PBB mendesak pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah menyediakan berbagai makanan yang bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang.
Perwakilan FAO PBB untuk Indonesia
Rajendra Aryal dalam keterangan yang diperoleh di Kota Palu, Sabtu mengatakan pandemi COVID-19 telah memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian pangan.
"Bahkan sebelum pandemi,
kelaparan terus berlangsung. Gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia. Agar makanan yang bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang dapat terwujud, pemerintah daerah dibantu oleh pusat mesti menciptakan sistem pertanian pangan yang lebih baik," katanya.
Jika sistem pertanian pangan lebih baik maka akan tercipta suatu situasi dimana tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun.
"Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem. Makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan,"jelasnya.
Ia menjelaskan sistem pertanian pangan mempekerjakan 1 miliar orang di seluruh dunia, lebih banyak dari sektor ekonomi lainnya.
Namun sayangnya, cara berbagai pihak tidak terkecuali para pemangku kebijakan di pusat dan daerah memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan mengorbankan banyak hal dalam planet kita.
"Sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies,"ujarnya.
Untuk mewujudkan itu, lanjutnya, FAO telah bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan
pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia.
Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan.
Dukungan terhadap berdirinya Badan Pangan Nasional yang mengoordinasikan masalah terkait sistem pertanian pangan serta peningkatan kapasitas terkait perencanaan sistem pertanian pangan merupakan bagian dari dukungan FAO kepada BAPPENAS.
"Pada sektor peternakan dan kesehatan hewan, FAO telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2006 dengan dukungan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan mitra internasional lainnya untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan berbagai ancaman kesehatan global,"ucapnya.
Ancaman kesehatan seperti flu
burung, rabies dan resistansi antimikroba dapat menular dari hewan kepada manusia melalui sistem pertanian pangan.
Pertanian keluarga, desa organik, pertanian konservasi dan pertanian digital juga merupakan kerjasama FAO dengan Kementrian Pertanian yang menjadi sorotan beberapatahun
belakangan ini.
"Pada produksi ikan di ekosistem laut dan perairan darat, FAO bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendorong konservasi dan praktik perikanan berkelanjutan,"kata Rajendra.
Terobosan dari upaya kolektif tersebut adalah Integrated Inland Fisheries Geographic Information
System (IIFGIS) berbasis wilayah pengelolaan perikanan perairan darat (WPP-PD) Indonesia.
Sistem ini mengintegrasikan sistem informasi geospasial dan data statistik untuk mendukung sistem pemantauan dan penilaian data perikanan darat, serta ketertelusuran.
"Ketertelusuran selalu menjadi isu utama dalam sektor perikanan. FAO berkomitmen untuk bekerja sama dengan KKP dan memberikan dukungan teknis untuk meningkatkan ketertelusuran di sektor perikanan,"tambahnya.
Hal ini berkontribusi pada fourbetter yang merupakan tema Hari Pangan Sedunia tahun ini.
FAO juga mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melestarikan hutan dan lahan gambut untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
“Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan. Transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu,"katanya.
Cara memilih, memproduksi, mengonsumsi dan
membuang makanan memengaruhi orang lain.
"Kita perlu bertindak, dan sekarang, Mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa," tambah Rajendra.
Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober. Aksi kolektif di 150 negara
anggota FAO membuat Hari Pangan Sedunia menjadi salah satu hari yang paling dirayakan dalam kalender PBB.
Dia menambahkan, berdasarkan data FAO