Menurut dia, akhlakul karimah atau karakter moral para santri harus dididik lebih baik lagi ke depan melalui tindakan kasih sayang, serta ilmu agama sebagai fondasi, sehingga bisa memahami secara utuh tentang nilai-nilai luhur Pancasila.
"Kami ingin mengajak mereka semua untuk bersama-sama mengadvokasi para santri di pesantren, kemudian juga para kiai, para ustadz, ustadzah, dan para guru semuanya untuk menerapkan pendidikan yang berkonsep kasih sayang," kata Siti usai menghadiri peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 di Pondok Pesantren Mahasina Darul Quran Wal Hadits, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa.
Ia mengatakan modul itu akan menghindarkan santri sebagai objek kekerasan, meski selama mengikuti proses belajar telah melakukan kesalahan.
"Kami ingin membersamai pengelola pesantren yang memang punya kesepakatan bersama untuk bersama melindungi santri dari tindakan oknum, sebagai bagian dari upaya membangun bangsa dan negara," ujar dia.
Siti menekankan segala bentuk kekerasan, mulai dari fisik, seksual, hingga diskriminasi sosial, bisa merusak mental para santri serta berujung kerugian bagi negara akibat generasi penerus yang terdampak negatif.
Padahal, sejatinya para santri dipersiapkan sebagai calon pemimpin bangsa dan negara ke depan melalui perpaduan antara ilmu agama yang lebih mendalam dengan ilmu pengetahuan.
"Jadi, kalau pun ada sanksi atau hukuman yang diberikan, itu semua tidak boleh mengakibatkan hilangnya nyawa, menyakiti, atau merusak mental peserta didik dengan mengatasnamakan pendidikan," ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Siti, lembaganya telah menjalin kerja sama dengan berbagai ponpes, seperti Ponpes Mahasina, untuk mendeklarasikan antikekerasan dalam segala bentuk, sebagai langkah awal untuk bersama membuat modul pendidikan yang bisa mengikuti perkembangan zaman.