Menikmati Mantikole, pemandian air panas di Kabupaten Sigi

id Mantikole,Pemandian air panas,Kabupaten Sigi,Sulawesi Tengah Oleh Nur Amalia Amir

Menikmati Mantikole, pemandian air panas di Kabupaten Sigi

Pemandian air panas yang ramai dikunjungi pada saat hari libur di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (18/5/2023). (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Sigi (ANTARA) - Berkunjung ke Sulawesi Tengah, tidak lengkap rasanya bagi wisatawan jika tidak mengunjungi kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Palu, Ibu Kota Sulawesi Tengah, yakni Kabupaten Sigi.

Sigi merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang menawarkan beragam objek wisata dengan keindahan alam yang akan memanjakan mata. Para wisatawan yang datang ke kabupaten itu akan merasa menjadi lebih tenang dengan suasana alamnya.

Berlokasi sekitar 25 kilometer dari Kota Palu, terdapat salah satu tempat wisata yang tidak pernah sepi pengunjung dan juga terkenal di provinsi itu, khususnya bagi para wisatawan lokal, yaitu Objek Wisata Mantikole.

Objek Wisata Mantikole dapat ditempuh dengan lama perjalanan sekitar satu jam dari Ibu Kota Sulawesi Tengah menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Perjalanan menuju objek wisata tersebut terasa menyenangkan dengan akses jalan yang mulus, tanpa gangguan yang berarti. Objek wisata tersebut menawarkan beberapa fasilitas bagi para pengunjung, di antaranya pemandian air panas, kolam renang, serta air terjun yang letaknya tidak jauh dari pusat permandian air panas.

Mantikole berasal dari Bahasa Suku Kaili Inde, yakni “Manti” berarti kayu dan “Kole” berarti sepanggang-sepanggang. Menurut masyarakat setempat, Mantikole berarti kayu sepanggang-sepanggang. Permandian air panas Mantikole konon sudah ada sejak 1980-an.

Kolam permandian air panas itu memiliki suhu hangat dengan kandungan belerang yang khas dan alami. Air panas yang mengalir bersumber langsung dari mata air kaki gunung. Tempat wisata ini juga dikelilingi oleh pepohonan hijau, sehingga semakin menambah suasana natural dari wisata tersebut.

Namun nampak juga di beberapa titik, tempat wisata tersebut kurang dipelihara dengan baik. Beberapa tempat fasilitas umum, seperti rumah pondokan telah roboh dengan beberapa kamar mandi yang hancur dan kini tidak lagi difungsikan. Selain itu, tanaman – tanaman liar juga mulai tumbuh yang akan terlihat mengganggu apabila tetap dibiarkan seperti itu. Meski begitu, beberapa fasilitas umum, seperti kamar mandi, kamar ganti, serta kantin masih tersedia.

Menurut masyarakat setempat, bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan serta objek wisata yang mengalami kerusakan itu disebabkan oleh bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi pada tahun 2018. Sejak saat itu, objek wisata Mantikole mengalami perubahan yang cukup drastis.

RmKepala Desa Mantikole Rasyid mengatakan pasca-gempa dan tsunami yang terjadi pada 2018, objek wisata Mantikole mengalami penurunan akibat fasilitas yang belum dibenahi sejak bencana tersebut.

Objek wisata itu sangat ramai sebelum adanya bencana gempa dan tsunami. Pada tahun 2000-an, wisata tersebut dikunjungi oleh hampir ribuan wisatawan setiap kali menjelang libur panjang. Tidak hanya dari wisatawan lokal atau masyarakat daerah setempat, tetapi juga wisatawan dari provinsi lain.

Bencana gempa dan COVID-19 menjadi penyebab objek wisata itu mengalami penurunan.

Meskipun demikian, sampai saat ini, permandian air panas itu tidak pernah sepi. Selalu ramai pengunjungnya, apalagi pada Sabtu-Minggu, hanya saja tidak seramai kalau dibandingkan dulu yang ditanfai adanya mobil berjejer panjang di depan gerbang.

Sebagai pengobatan

Tidak hanya sebagai tempat untuk rekreasi atau bersantai dengan berendam air panas, masyarakat setempat serta beberapa wisatawan juga mempercayai bahwa air panas di tempat itu bisa dijadikan sebagai pengobatan atau dapat menyembuhkan penyakit.

Mereka mempercayai air panas tersebut dapat menyembuhkan penyakit, penyakit rematik, penyakit kulit, badan pegal-pegal, dan lainnya dengan melakukan relaksasi atau terapi di kolam permandian tersebut.

Mega Yustika, salah satu pengunjung yang berendam di kolam air panas itu mengaku datang berkunjung dengan tujuan membawa keluarganya untuk kesehatan.

Sebelum adanya bencana gempa, Mega rutin datang berkunjung untuk berendam di permandian tersebut bersama keluarganya. Mega mengaku mendengar informasi bahwa air panas di tempat tersebut dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit.

Ini pertama kali dia berkunjung setelah gempa itu. Sebelumnya dia sering datang bersama keluarga.

Selain berendam langsung di kolam, pengunjung juga bisa merasakan mandi air panas di bawah beberapa pancuran air. Di tempat wisata tersebut tidak hanya memiliki satu kolam pemandian air panas bagi orang dewasa, tapi ada juga kolam pemandian air panas bagi anak–anak.

Tidak hanya permandian air panas, di tempat itu juga ada kolam air dingin yang ramai dikunjungi oleh wisatawan golongan remaja. Sementara itu, tidak jauh lokasinya dari permandian, terdapat juga air terjun yang menjadi daya tarik wisata itu.

Bagi pengunjung dapat memanfaatkan tiap momen indah dengan berfoto-foto di objek wisata tersebut dikarenakan air terjun Mantikole memiliki banyak titik untuk berfoto yang menarik perhatian. Berfoto dengan latar belakang air terjun disertai bebatuan dan hutan jelas mempercantik hasilnya. Fasilitas berupa pondok-pondok untuk bersantai bersama keluarga juga disediakan di tempat wisata itu.

Rangga (31 tahun), pengunjung lainnya juga mengatakan untuk pertama kalinya kembali mengunjungi objek wisata tersebut setelah bertahun-tahun lamanya tidak pernah berkunjung. Ia terakhir kali datang saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Tempat itu dia nilai telah banyak mengalami perubahan sejak terakhir kali dia datang akibat bencana gempa 2018.

Sementara itu, Pengelola Objek Wisata Mantikole, Alvian Sobe mengatakan objek wisata tersebut merupakan aset pemerintah daerah yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah.

Diakui bahwa sejak terjadi gempa, belum ada perbaikan yang dilakukan, sehingga dapat kembali ke masa jayanya seperti dulu dan lebih diminati lagi oleh banyak wisatawan.

Adapun biaya masuk yang dikenakan bagi setiap pengunjung hanya Rp5 ribu per orang. Biaya retribusi masuk yang dibayarkan itu kemudian digunakan oleh pemerintah desa setempat sebagai biaya pemeliharaan dan perawatan tempat wisata.

Selain itu, pemerintah desa setempat juga sering melakukan kerja bakti di area wisata itu untuk selalu menjaga kebersihan objek wisata Mantikole.

Objek wisata Mantikole selalu menarik dikunjungi oleh masyarakat lokal, baik dari provinsi itu maupun wisatawan daerah lain, apalagi jika kondisinya dikembalikan seperti dulu, sebelum terkena dampak gempa Bumi.