Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, ditutup melemah menjadi Rp15.771 per dolar AS dipengaruhi sentimen domestik terkait inflasi Indonesia.
Pada akhir perdagangan, Selasa, rupiah merosot 29 poin atau 0,18 persen menjadi Rp15.771 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.742 per dolar AS.
"Isu dalam negeri mungkin masih menjadi sentimen negatif untuk rupiah seperti isu inflasi yang meninggi karena pangan dan isu twin deficit," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra, di Jakarta, Selasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2024 mencapai 2,75 persen.
Tingkat inflasi tahunan pada Februari 2024 adalah 2,75 persen, atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,75 pada Februari 2023 menjadi 105,58 pada Februari 2024.
Pada sisi lain, Ariston menuturkan dengan melemahnya data-data ekonomi AS pekan lalu yaitu data produk domestik bruto (PDB), klaim tunjangan pengangguran, PMI manufaktur dan tingkat keyakinan konsumen AS, maka peluang pemangkasan suku bunga AS di Juni terlihat membesar.
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan kenaikan peluang dari 60 persen menjadi 63 persen. Ekspektasi tersebut bisa menekan dolar AS.
Dolar AS juga mungkin masih bergerak konsolidatif menantikan testimoni Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell di Kongres AS pada Rabu dan Kamis (6-7/3) malam, dan data tenaga kerja AS versi pemerintah pada Jumat malam.
Sementara Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turun ke level Rp15.756 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.723 per dolar AS.