Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengatakan Indonesia terus memperluas ekspor ke pasar global di tengah proses negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS).
Wamendag mengatakan perluasan akses pasar luar negeri menjadi arahan strategis Presiden RI Prabowo Subianto guna memperkuat posisi dagang Indonesia di tengah dinamika global.
"Arahan dari Presiden (Prabowo Subianto) juga kita berupaya untuk meningkatkan atau memperluas akses pasar luar negeri," kata Wamendag ditemui seusai membuka South-South and Triangular Cooperation (SSTC) on Trade and Investment Promotion for African Countries 2025 di Jakarta, Selasa.
Indonesia saat ini aktif menjajaki kerja sama perdagangan dengan Peru, Kanada, dan Tunisia melalui perjanjian ekonomi komprehensif yang membuka peluang ekspor lebih besar.
"Kita mempunyai beberapa perjanjian perdagangan yaitu misalnya Indonesia-Peru, CEPA atau Comprehensive Economic Partnership Agreement. Kita juga ada dengan Kanada, tadi Tunisia salah satunya," jelas Roro.
Dia pun menegaskan pemerintah Indonesia saat ini masih menunggu pengumuman resmi dari pihak Amerika terkait kebijakan tarif tersebut yang saat ini masih dalam proses pembahasan.
Menurut Roro, tim negosiasi dari Kementerian Koordinator Perekonomian masih aktif berada di Amerika Serikat untuk memperjuangkan kepentingan ekspor Indonesia.
"Pak Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) juga akan berkunjung ke Amerika Serikat setelah kegiatan BRICS yang saat ini sedang berjalan juga di Brasil. Jadi, mudah-mudahan nanti juga akan diberikan formal announcement oleh mereka," kata Roro.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (7/7/2025) mengirim surat kepada para pemimpin Indonesia, Bangladesh, Kamboja, dan Thailand untuk memberi tahu tentang tarif baru atas ekspor mereka ke AS, yang akan mulai berlaku 1 Agustus 2025.
Surat tersebut menyebutkan mulai 1 Agustus, AS akan memberlakukan tarif sebesar 32 persen terhadap Indonesia, 36 persen terhadap Kamboja dan Thailand, serta tarif 35 persen terhadap Bangladesh.
Seperti halnya dengan negara-negara lain, Trump memperingatkan para pemimpin keempat negara itu untuk tidak melakukan pembalasan terhadap tarif AS dan mengancam akan mengenakan kenaikan tambahan di atas tarif yang sudah ada.