Kuala Lumpur (ANTARA) - Tokoh-tokoh masyarakat Madura di Kuala Lumpur, melakukan pertemuan pasca-pengeroyokan yang dilakukan terhadap seorang warga negara Indonesia asal Sampang, Madura, oleh beberapa warga negara Bangladesh, di Bangsar, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (14/7) lalu.
Pertemuan dilangsungkan pada Rabu (16/7) malam di kawasan Kajang, Kuala Lumpur, dan dihadiri oleh perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, dengan hasil kesepakatan mengawal dan menyerahkan penyelesaian kasus tersebut kepada penegak hukum.Tokoh Madura di Kuala Lumpur sepakat kawal kasus pengeroyokan

Pertemuan tokoh Madura dan wakil KBRI, yang dilakukan di Kajang, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (16/7/2025) malam. ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi
"Tokoh-tokoh masyarakat Madura di Malaysia mengadakan pertemuan terbatas di Kajang, Selangor, untuk menyikapi insiden pengeroyokan terhadap seorang WNI asal Madura oleh sekelompok warga Bangladesh di tapak pembinaan Bangsar, Kuala Lumpur," ujar salah satu tokoh Madura, Ustadz Kholik kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Kamis.
Pertemuan tersebut turut dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, yang memberikan penjelasan langsung mengenai langkah-langkah resmi yang telah diambil sejak awal kejadian, baik dari sisi hukum maupun dari jalur diplomatik.
Dalam pertemuan itu para tokoh menyampaikan bahwa insiden tersebut bukan sekadar tindak kekerasan terhadap individu, tetapi telah menyentuh rasa keadilan dan marwah masyarakat Madura secara kolektif, serta menimbulkan keresahan di kalangan perantau.
Para tokoh menyatakan kemarahan masyarakat Madura adalah bentuk pembelaan terhadap kehormatan. Tapi masyarakat Madura di Kuala Lumpur sepakat bahwa amarah harus diarahkan secara terhormat, bukan dengan tindakan gegabah.
Adapun hasil dan kesepakatan pertemuan tersebut meliputi:
1. Mengawal proses hukum secara serius, agar pelaku benar-benar diproses secara adil dan kasus ini tidak berhenti di tengah jalan.
2. Mendorong agar KBRI menyampaikan aspirasi kepada Kedutaan Bangladesh di Kuala Lumpur untuk menunjukkan tanggung jawab moral atas insiden ini. Aspirasi ini akan diteruskan kepada Duta Besar RI untuk Malaysia, dan selanjutnya akan ditindaklanjuti sesuai jalur resmi dan etika diplomatik antarnegara.
3. Merencanakan lawatan bersama ke lokasi kejadian, sebagai bentuk dukungan moral kepada korban dan para pekerja WNI lainnya. Lawatan akan dilaksanakan oleh para tokoh Madura bersama pihak KBRI, dan akan dikoordinasikan secara resmi dengan Polis Diraja Malaysia (PDRM) untuk menjaga ketertiban dan keamanan bersama.
4. Mengajak seluruh masyarakat Madura untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan sepihak, demi mencegah munculnya konflik baru atau aksi balasan yang bisa memperkeruh situasi. Para tokoh mengimbau agar masyarakat menjaga ketenangan, menghindari penyebaran informasi yang belum jelas sumbernya, dan menyampaikan keluhan atau aspirasi melalui saluran yang tepat. Para tokoh sepakat bahwa menahan diri bukan berarti lemah, melainkan tanda bahwa WNI, dalam hal ini masyarakat Madura, mempunyai marwah, dan tahu cara menjaga keselamatan saudaranya yang lain.
5. Menyerukan agar masyarakat Madura tetap bersatu dan saling menjaga sesama WNI di perantauan. Dalam hal ini para tokoh menegaskan bahwa perjuangan menuntut keadilan harus ditempuh dengan kekuatan akal dan kebersamaan, bukan dengan kemarahan yang tidak terarah. Para tokoh menyatakan tindakan sendiri-sendiri dan kehilangan arah, hanya akan merugikan seluruh nama baik masyarakat Madura dan WNI di Malaysia.
Ustadz Kholik mengatakan pertemuan masyarakat Madura di Kuala Lumpur, menunjukkan bahwa masyarakat Madura tidak akan tinggal diam jika kehormatannya diinjak.
Namun dalam waktu yang sama, kata dia, masyarakat Madura memilih untuk melangkah dengan tenang, bersatu, dan bertanggung jawab, demi menjaga keselamatan bersama serta membela marwah melalui jalur yang sah dan bermartabat.
Kesepakatan itu disetujui bersama oleh para tokoh masyarakat Madura di Malaysia, dengan kehadiran dan dukungan resmi dari perwakilan KBRI Kuala Lumpur.
Diberitakan sebelumnya, seorang WNI asal Madura, Jawa Timur, mengalami pengeroyokan oleh sembilan warga negara Bangladesh di Bangsar, Kuala Lumpur, Senin (14/7), hingga menyebabkan korban harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Insiden bermula atas kesalahpahaman berupa teguran oleh salah satu pihak atas kebisingan di sebuah lokasi proyek. Kemudian terjadi percekcokan dan pengeroyokan terhadap WNI.
Insiden itu kemudian dilaporkan kepada KBRI dan kepada Polis Diraja Malaysia (PDRM) daerah Brickfields, Kuala Lumpur.
KBRI bertindak cepat dengan berupaya meredam amarah tokoh Madura dan WNI di Kuala Lumpur, dan menggagas agar segera dilakukan pertemuan tokoh Madura.
Sementara Polisi Malaysia juga segera mengamankan sembilan terduga pelaku untuk diproses secara hukum.