Pandemi COVID-19 bikin android makin sering bergetar

id Hasanuddin Atjo

Pandemi COVID-19 bikin android makin sering bergetar

Dr Ir H hasanuddin Atjo, MP (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)

Palu (ANTARA) - Di MASA pandemic Covid-19, android saya semakin sering bergetar dibanding sebelumnya.

Beberapa waktu lalu, menjelang sore sebelum balik ke rumah sempat berbincang dengan beberapa rekan di loby kantor dengan tetap menerapkan SOP pencegahan Covid-19. Tiba-tiba android saya bergetar, namun saya biarkan karena nama penelepon tidak muncul di layar monitor.

Beberapa saat kemudian android bergetar lagi oleh nomor yang sama dan tetap saya biarkan tanpa direspon. Demikian hingga empat kali berturut-turut. Selanjutnya di panggilan yang ke-5, saya berniat untuk mengangkat karena berpikir, mungkin ada yang sangat penting dengan telepon ini. Ditambah lagi rekan saya menimpali, jangan-jangan dari Istana pak, candanya sambil kami tertawa.

Setelah menekan tanda menerima, terdengar suara dari operator seluler “biaya telepon dibebankan kepada anda dan silahkan tekan angka 1”.

Saya berkomentar di hadapan rekan, aduh orang habis pulsa yang menelpon, namun saya tetap ikuti petunjuk untuk menekan angka satu, dan kemudian terdengar suara dari seberang.

Assalamualaikum “puang”, sebutan buat bagi orang yang dihormati. Bagaimana kabar, sehat-sehat ji ki. Alhamdulillah sehat. Mohon maaf dari mana ini?. Dari “Bundu” puang (nama samaran). Kenapa Ki Bundu?. Anu ki puang eh susah ini corona, berhenti semua proyek. Tidak ada mi tukang batu kerja. Mau ki jual kambing peliharaan, tidak ada mi yang mau beli. Habis mi juga ayam, tinggal induknya sama anaknya masih kecil.

Baca juga: Ibu Tabah, tetap tegar di usia lanjut

Saya biarkan Bundu terus bercerita. Sambil mencoba membaca kejujurannya dari cara bercerita.

Baik Bundu, ada norek mu?. Apa itu norek puang, kembali dia bertanya. Nomor rekening tabungan Bundu. Oh tidak ada, anakku ji yang ada tabunganna. Kalau saya ternak ji tabungangku. Kalau begitu nanti kirim ki nomor tabungan anakta. Ada saya kirim sedikit bantuan sekedarnya. Terimakasih banyak puang kata Bundu.

Dari dialog singkat tadi dengan saudara kita Bundu ada beberapa makna yang dapat diambil sebagai pembelajaran. Pertama bahwa Bundu adalah tipe manusia dengan karakter bicara polos, apa adanya dengan kadar kejujuran sangat tinggi, sehingga kita yakin bahwa ini tidak salah bila dibantu. Banyak kasus serupa sebelumnya, namun ada keraguan kita terhadap cara bercerita sehingga tidak jadi diberi bantuan. Artinya kejujuran adalah salah satu modal dasar yang sangat besar bila orang ingin tetap survive atau bertahan.

Baca juga: Banyak pendapat 'kurang pendapatan'

Kedua, bagi masyarakat yang berpunya kelebihan, kiranya bisa berbagi dengan yang lain. Apalagi di saat bulan rhomadan seperti ini amal ibadah kita akan dilipat gandakan oleh Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Penyayang.

Ketiga, krisis ekonomi kali ini lebih parah dari krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2008. Krisis ekonomi di saat itu, sektor UMKM seperti Bundu lebih diuntungkan, karena harga komoditas tidak begitu terdampak, masyarakat masih bisa beraktifitas masih bisa beribadah berjamaah di rumah ibadah.

Keempat, budaya menabung sudah harus dimulai dan dibiasakan, meskipun sebahagian orang mengalami kesulitan untuk menabung, namun harus diedukasi agar bisa. Apalagi transaksi non tunai melalui mekanisme digital sudah mulai diberlakukan secara global, dan tidak bisa lagi dihindari.

Selamat melaksanakan ibadah Rhomadhan 1441 H, semoga kita semua selalu disehatkan dan diberi petunjuk olehNya dan pandemic Covid-19 segera berlalu. Amin. Semoga.

Baca juga: Pilkada dan 'papoji depan dan belakang'