Koalisi pemerintah Jepang kalah di Majelis Tinggi, PM Ishiba tertekan

id pemilu jepang,pm ishiba,perdana menteri jepang ishiba

Koalisi pemerintah Jepang kalah di Majelis Tinggi, PM Ishiba tertekan

Dalam pemilihan perdana menteri putaran kedua, anggota parlemen Jepang pada Senin (11/11/2024) kembali memilih ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) Shigeru Ishiba, 67, sebagai perdana menteri ke-103 negara tersebut. /ANTARA/Anadolu/py

Tokyo (ANTARA) - Koalisi pemerintahan Jepang dipastikan akan kehilangan mayoritas di Majelis Tinggi (House of Councillors), sebuah hasil yang semakin menekan Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang bersikeras tidak akan mundur meskipun partainya kembali menerima pukulan berat.

Hasil pemilu pada Minggu (20/7) menunjukkan bahwa peluang tidak berpihak kepada Ishiba karena semua partai oposisi utama menolak bergabung dengan Partai Demokrat Liberal (LDP) dan mitranya, Komeito, dalam koalisi yang diperluas.

Kini, koalisi pemerintah telah kehilangan kendali mayoritas di kedua majelis parlemen, Majelis Tinggi maupun Majelis Rendah (House of Representatives) yang memiliki kekuasaan lebih besar, sebuah situasi yang sangat jarang terjadi dalam sejarah Jepang pascaperang.

Dukungan dari partai oposisi akan menjadi semakin krusial untuk meloloskan undang-undang dan anggaran.

LDP dan Komeito gagal memenuhi target pra-pemilu untuk memenangkan setidaknya 50 dari 125 kursi yang diperebutkan untuk mencapai ambang batas mayoritas di majelis tinggi.

LDP tampaknya kehilangan dukungan dari sebagian pemilih konservatif, sementara Sanseito, partai populis berhaluan kanan, muncul sebagai alternatif.

Meski mengusung slogan “Jepang Didahulukan” dan agenda kebijakan nasionalis yang menargetkan warga asing — yang dianggap kritikus sebagai xenofobia atau anti orang asing — Sanseito berhasil melampaui 10 kursi di Majelis Tinggi, level yang memungkinkannya mengajukan rancangan undang-undang di parlemen.

Pemilu kali ini menjadi tolak ukur tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintahan minoritas yang baru berjalan beberapa bulan, di tengah rasa frustrasi yang meningkat terkait penanganan inflasi, pertumbuhan upah yang tidak memadai, dan terbatasnya kemajuan dalam negosiasi tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

“Kami harus menerima hasil proyeksi ini dengan rendah hati,” kata Ishiba dalam sebuah program televisi, sembari menambahkan bahwa LDP harus tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai partai yang berkuasa.

Pernyataan Ishiba muncul setelah Sekretaris Jenderal LDP, Hiroshi Moriyama, yang merupakan tokoh nomor dua di partai tersebut, mengatakan dalam program televisi terpisah bahwa kekosongan politik harus dihindari.

Seiring munculnya hasil awal dan proyeksi media, Yuichiro Tamaki, pemimpin Partai Demokrat untuk Rakyat (DPP), menyatakan bahwa membentuk koalisi dengan pemerintah “sama sekali tidak mungkin.” Partainya, yang sebelumnya berkoordinasi kebijakan dengan koalisi pemerintah, berhasil melipatgandakan kursi dari 4 menjadi empat kali lipat.

Pemimpin partai oposisi besar lainnya, yaitu Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ) dan Partai Inovasi Jepang (JIP), mengambil posisi penolakan yang serupa terhadap koalisi. Namun, CDPJ gagal mencetak terobosan besar dalam perolehan kursi.

Berbicara dalam sebuah program televisi, Ketua Sanseito, Sohei Kamiya, masih membuka kerja sama di masa depan dengan LDP berdasarkan isu per isu.

Anggota Majelis Tinggi memiliki masa jabatan tetap selama enam tahun, berbeda dengan Majelis Rendah yang dapat dibubarkan oleh perdana menteri. setengah dari total 248 anggota Majelis Tinggi dipilih setiap tiga tahun untuk menghindari pergantian seluruh kursi secara sekaligus.

Dari total 125 kursi yang diperebutkan, termasuk satu untuk mengisi kekosongan, 75 dipilih dari distrik pemilihan dan 50 melalui sistem perwakilan proporsional. Sekitar 520 kandidat bersaing memperebutkan kursi pada pemilu ini.

Tingkat partisipasi pemilih diperkirakan mencapai 58,52 persen pada Senin, pukul 4 pagi waktu setempat, meningkat dari 52,05 persen yang tercatat pada pemilu Majelis Tinggi tahun 2022.

Sebanyak 26 juta orang memberikan suara awal karena pemilu kali ini berlangsung di tengah akhir pekan panjang selama tiga hari.

Sumber: Kyodo-OANA



Pewarta :
Editor : Andriy Karantiti
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.