Petani Pinembani panen raya durian

id durian, pinembani

Petani Pinembani panen raya  durian

Berburu durian sampai ke Desa Soi (Pinembani) Kabupaten Donggala. Foto Anas Masa/)

Masyarakat di wilayah itu berharap mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Donggala.
Donggala, (Antaranews Sulteng) - Sejumlah desa dan dusun  di wilayah Pinembani, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah saat ini sedang panen raya buah durian.

Simon (56), seorang petani durian di Desa Soi, Kecamatan Pinembani, Kabupaten Donggala kepada  wartawan  ANTARA, Sabtu pekan lalu membenarkan wilayah itu merupakan sentra produksi buah durian.

Buah durian yang dikembangkan petani di kecamatan tersebut, seluruhnya durian lokal. "Durian montong tidak ada dikembangkan petani di wilayah itu," kata dia.

Sepanjang April 2018 ini berlangsung panen raya durian dan kebanyakan dipasarkan ke Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.

Pinembani merupakan kecamatan di Kabupaten Donggala yang berbatasan dengan Kabupaten Sigi.

Jalan menuju wilayah tersebut terbilang sangat ekstrem karena selain mendaki, disisi kiri dan kanan jalan jurang.

Badan jalannya sudah bisa dilewati kendaraan khususnya seperti jeep . Wilayah itu ditempuh perjalanan dengan kendaraan sepeda motor sekitar empat-lima jam dari Kota Palu.

Ia mengatakan saat panen raya, harga durian berkisar Rp1.000 sampai 2.000/buah.

Selama ini, kata dia,hasil panen petani diangkut menggunakan kendaraan sepeda motor ojek sampai ke Matantimali, Kecamatan Marawola Barat.

Selanjutnya, kata dia, sudah ada pedagang pengumpul yang datang dari Palu membeli, kemudian menjual kembali di Kota Palu dengan harga cukup tinggi.

Harga durian di pasar Matantimali dijual petani berkisar Rp5.000 sampai Rp7.500/buah sesuai kecil dan besarnya. Di Palu, harga durian dijual pedagang berkisar Rp10.000 s/dRp25.000/buah.

Harga durian menjadi mahal karena memang kondisi jalan menuju wilayah Pinembani masih tergolong berat dan ekstrem.

Masyarakat di wilayah itu berharap mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Donggala.
Memprihatinkan: Foto bersama seorang anak masyarakat KAT (komunitas adat terpenil )di wilayah Pinembani, Kabupaten Donggala